Sejak runtuhnya kekhalifan Islam di dunia hingga saat ini proses liberalisasi semua bidang keilmuan massif terjadi. Bukan hanya dari penamaan ilmu tersebut, akan tetapi juga substansi keilmuannya. Bidang ilmu matematika misalnya, dahulu sejak kejayaan Islam, penamaan bidang ilmu hitungan-hitungan ini disebut dengan Aljabar. Aljabar berasal dari Bahasa Arab dari kata “Al-jabr” yang berarti pertemuan, hubungan / perampungan. Saat ini, istilah Aljabar sudah diganti dengan ilmu matematika. Ahli bidang pengobatan (kedokteran) Ibnu Sina, beliau seorang ahli kesehatan yang dikenal seluruh dunia, bahkan keilmuan dan karya-karyanya menjadi rujukan ahli medis di dunia. Namun, saat ini nama beliau tidak terlalu banyak dikenal di kalangan pakar kedokteran karena sudah diganti dengan figur yang lain. Pakar bidang ilmu sosial dan politik ada Ibnu Khaldun yang karyanya terkenal hingga saat ini masih dipakai sebagai rujukan dan masih bisa dijumpai adalah “Muqoddimah”, dan masih banyak pakar keilmuan Islam lainnya yang karyanya dan jasanya hilang dalam proses liberalisasi keilmuan. Di seluruh dunia saat ini rujukan keilmuannya sangat didominasi oleh Eropa (Eropa sentris) sehingga saat ini referensi yang digunakan semua disandingkan dengan penamaan ahli dari Barat. Konsekuensinya, substansi keilmuan Islam yang banyak merujuk kepada Al-qur’an dan Hadits Nabi yang bernuansa ajaran Islam terdegradasi. Proses liberalisasi keilmuan ini menjadi kuat sembari adanya dikotomi dalam internal umat Islam itu sendiri, yakni sebagaian memahami ajaran Islam hanya sebatas ajaran ritual antara hamba dan Tuhannya. Padahal jika dilihat dalam praktik Islam yang diaplikasikan oleh Nabi Muhammad sangat komprehensif. Salah satu dalam urusan mengurus negara, Nabi itu juga seorang Presiden dari hamper semua kawasan di dunia yang tunduk dalam aturan pemerintahan Islam. Tentu praktik bernegara ini seharusnya bisa digunakan sebagai rujukan oleh umatnya di masa mendatang, namun pada kenyataannya dominasi keilmuan dan praktik politik Barat lebih mendominasi termasuk di dunia Islam. Pentingnya memberikan pemahaman inilah, tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Islam Riau turun ke wilayah Kota Dumai khususnya di lingkungan wilayah administratif RT 018 Kelurahan Purnama Kecamatan Dumai Barat untuk memberikan sosialisasi kepada beberapa pemuda di sana terkait komparasi politik Islam dan Barat sehingga kalangan milenial (muda) tidak buta dengan sistem politik Islam. Kegiatan ini dilakukan bukan hanya dengan metode ceramah, namun juga dengan cara memberikan feedback kepada seluruh peserta untuk memberikan pertanyaan dan tanggapan terkait penjelasan yang diberikan.
Oleh Rio Sundari, S.IP, M.A
Dosen Fakultas Hubungan Internasional
Universitas Islam Riau (UIR)
No comments:
Post a Comment