SAYA MOHON MAAF JIKA DI DALAM BLOG SAYA TERDAPAT KESALAHAN DAN KEKURANGAN DALAM MEYAMPAIKAN KARNA SAYA JUGA MANUSIA YANG TIDAK LEPAS DARI KESALAHAN BAGI PENGUNJUNG MOHON KRITIK DAN SARANNYA UNTUK SAYA

Friday, August 17, 2018

Soesilo Toer: Marxisme dan Hilangnya Satu Generasi Intelektual



Orang orang intelegtual memiliki peran penting dalam sejarah peradaban di dunia. Namun, tak jarang, para intelegtual mengkhianati masyarakat.

Dalam kasus Indonesia, keberadaan “mafia Barkeley” disebut banyak pihak sebagai wujud pengkhianatan kaum intelektual.

Mafia Barkeley merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh penulis Amerika Serikat, David Ransom, dalam majalah Ramparts, edisi 4 tahun 1970. Istilah ini merujuk pada ekonom-ekonom Indonesia lulusan University of California, Berkeley yang menjadi arsitek utama perekonomian Indonesia pada masa akhir 1960-an dan saat Orde Baru berkuasa.

Dalam artikel tersebut, Ransom menghubungkan Mafia Berkeley dengan proyek AS (terutama CIA) untuk menggulingkan Soekarno, melenyapkan pengaruh komunis di Indonesia, mendudukan Soeharto di kekuasaan untuk menjalankan kebijakan politik dan ekonomi yang berorientasi pada Barat.

Kekinian, di zaman kiwari, dunia intelektual Indonesia juga mengalami kemandekan. Ariel Heryanto, Kepala Pusat Studi Asia Tenggara di University of Melbourne, Australia, tahun 2012 pernah membeberkan data yang menunjukkan kaum intelektul Indonesia terbilang tak produktif.

Menurut Ariel, peneliti Indonesia berada di posisi terendah dalam menghasilkan karya ilmiah mengenai negerinya sendiri kalau diperbandingkan dengan peneliti dari lima negara ASEAN.

Skor persentase karya mengenai Indonesia yang ditulis intelektual dalam negeri hanya 7.1. Sementara skor persentase intelektual Singapura jauh lebih tinggi, yakni 53.5;  Brunei 35.7; Malaysia 25.1; Filipina 24.1; dan Thailand, 18.8.

Bagi Soesilo Toer, seluruh persoalan kaum intelektual di Indonesia tersebut bersumber dari institusi pendidikan yang justru membuat anak didik hanya berorientasi mengejar keuntungan pribadi, bukan untuk mengabdi kepada masyarakat.

Menurutnya, fenomena tersebut bermula sejak era Orde Baru, ketika beragam institusi pendidikan didirikan dengan tujuan komersial, yakni mengeruk keuntungan.
Soesilo Toer, adik sastrawan Pramoedya Ananta Toer membeberkan sekelumit persoalan itu dan pengalamannya menjadi kaum intelektual pada era Soekarno yang menurutnya masih berorientasi untuk memajukan masyarakat.

Ia sendiri adalah lulusan master Ilmu Perencanaan Ekonomi Politik Peoples' Friendship University of Russia—lebih dikenal dengan nama Patice Lumumba University—pada era Uni Soviet. Ia juga doktor bidang politik ekonomi dari Plekhanov Russian University of Economics, juga era Soviet.






Soesilo melakukan studi di Uni Soviet selama 11 tahun, yakni sejak tahun 1962 sampai 1973. Namun, ketika kembali ke Indonesia, ia ditangkap dan dijebloskan ke penjara oleh rezim Orde Baru karena dianggap kader Partai Komunis Indonesia.

Kekinian, Soesilo terus berkarya menghasilkan banyak karangan, merawat perpustakaan Pramoedya Ananta Toer, sekaligus bekerja sebagai pemulung.
Soesilo Toer mendapatkan beasiswa dengan mengikuti tes beasiswa dan lulus di Moscow ibu kota Soviet Rusia. memulai pendidikan di Moscow pada tahun 1962. Sebelumnya Soesilo Toer adalah mahasiswa Universitas Indonesia.

Sewaktu menempuh S2 di Patice Lumumba University, Soesilo Toer  lulus cume laude. Sedangkan program doktor didapat dari Plekhanov Russian University of Economics. Selain berkuliah, Soesilo Toer  juga banyak menulis artikel.

Soesilo Toer mengatakan bahwa perberbedaan  di kalangan intelektual pada era sebelum dan sesudah tragedi 1965 terdapat perbedaan penguasa. Pada era Bung Karno, rezim mendukung setiap kemajuan intelektual dan kebudayaan. Pendidikan ditujukan untuk memajukan bangsa. Karenanya, kaum intelektual bebas berpolemik, mengkritik, selama bertujuan untuk memajukan bangsa.

Tapi setelah era Bung Karno, terutama pada rezim Soeharto, pendidikan justru dikomersialisasikan. Alhasil, iklim intelektualnya berubah. Tak ada yang berani berpolemik, mengkritik.

Kalau polemik itu kan, dalam suasana intelektual, harus dijawab dengan polemik juga. Tapi ketika era Orde Baru tidak, malah dibalas dengan represi. Misalnya, kantor Pramoedya Ananta Toer pernah digranat. Intelektualitas dibalas kekerasan.








Pada masa era bung Karno banyak negara negara yang menawarkan ke Indonesia agar mahasiswa mahasiswa Indonesia belajar ke negara mereka secara gratis.

Akan tetapi dulu pada masa bung Karno, mahasiswa mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di luar negeri di haruskan pulang ke tanah air, berbakti kepada negara dan rakyat.

Akan tetapi ketika bung Karno turun, banyak mahasiswa mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri  tidak mau pulang, kepana ? karena tidak mau mengikuti kemauan penguasa.

Pada masa orde baru setelah Bung Karno turun maka dilakukanlah pembersihan intelegtual kritis.
Pembersihannya macam-macam caranya. Biasanya intelijen bergerak. Digertak. Semua intelektual yang dianggap “merah” (Marxis atau bahkan Komunis) diintai. Jadi, setiap mahasiswa yang baru pulang dari luar negeri diintai.

Kiprah intelegtual pada masa orde baru bermacam macam, ada yang pro pemerintahan dan ada yang kontra pemerintahan, menurutnya (Soesilo Toer) fenomena ini disebabakan perbedaan cara berpikir.

Menurut Soesilo Toer " tergantung intelektual itu masing-masing. Kalau dia banyak membaca buku, mempunyai banyak pengalaman praktik di kalangan rakyat, maka akan menolak Soeharto.

Soesilo Toer menanggapi tentang kaum intelegtual pada masa reformasi, yaa sama saja seperi era orde baru, ada yang mendukung pemerintahan dan ada juga yang kritis.

Pada Saat era Bung Karno berakhir dan Soeharto berkuasa, setiap intelektual benar-benar diteliti. Misalnya kalau mau menjadi pegawai pemerintah, apa terindikasi “merah”? Kalau iya, akan “dibersihkan”. Akhirnya, banyak mahasiswa dan intelektual yang menganggur, tak bisa menerapkan ilmu-ilmunya. Mereka yang dianggap “merah” tak bisa bekerja untuk negerinya sendiri

Menurut Soesilo Toer, Kenapa Indonesia pada saat sekarang ini dinilai kekurangan tenaga ahli dalam banyak bidang, sehingga dengan Malaysia pun kita sekarang kalah majunya dalam banyak bidang keilmuan ?

Kembali kepada tatanan pemerintahan, pada saat sekarang ini kenapa menjadi seperti itu, hanya ada satu jawaban yaitu Cara mengurusnya Salah. Pemerintah maupun lembaga pendidikan pada saat sekarang ini orang orangnya banyak yang sok.

Selain itu, banyak lembaga pendidikan, seperti perguruan tinggi, didirikan justru untuk ladang bisnis pemiliknya. Ada pula yang membangun lembaga pendidikan untuk membangun kelompok tersendiri, yang  ditujukan untuk mengambil pengaruh golongannya sendiri.

Alhasil, anak-anak bangsa, ketika mengikuti pendidikan seperti itu, tidak tahu apa-apa. Bahkan, soal masa depannya sendiri mereka tak tahu
dan satu lagi menurut Soesilo Toer Kenapa Intelektual Indonesia banyak yang dinilai tak bisa menganalisis akar masalah masyarakatnya sendiri ?

jawabannya adalah bisa jadi karena Marxisme, sebagai filsafat, maupun sebagai perangkat analisis ekonomi-politik-budaya mumpuni justru dilarang atau setidaknya dikucilkan oleh banyak intelektual sejak era Orba. Orang-orang yang berbau ‘merah’ menjadi takut.

menurut Soesilo Toer, seharusnya ilmu ya tetap ilmu, jangan ada yang menyangkut pautkannya dengan politik. Inilah yang menyebabkan intelektualitas serta kreatifitasnya menurun. Secara langsung itu bisa dikatakan pemberangusan intelektual.



Dikutip dari Suara.com
Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya.
Semoga bermanfaat.



Tuesday, May 29, 2018

SEMINAR ONLINE Wıth Head of PPI Dunia

Date    :  Selasa, 29 Mei 2018
Time   :  01 :00 WIB              


Moderator
@Feni Resita, saya mulai ya.


Jadi saya diminta untuk bisa sharing ke teman-teman terkait Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya terkait goal ke-17 nya. InsyaAllah ini modelnya kita sambil sharing aja ya, tuker pikiran gmn upaya kita bisa turut mendukung terpenuhi nya target-target SDGs ini.

Speaker PPI DUNIA
@Pandu Utama Manggala

Sebelum membahas terkait Goals ke-17 nya, saya ingin sedikit ngasih pemahaman dasar dulu apa sih itu yang disebut dengan SDGs, sekadar merefresh lagi aja dan semoga tentunya teman-teman juga udah tau atau at least pernah denger yang namanya SDGs ini ya. :)

Jadi SDGs adalah program pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati oleh negara-negara di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Di dalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 target terukur untuk dapat dicapai pada tahun 2030

SDGs ini disepakati pada tanggal 21 Oktober 2015 untuk menggantikan program sebelumnya yakni Millennium Development Goals (MDGs) yang targetnya selesai pada tahun 2015. Pada dasarnya tujuan SDGs dan MDGs ini sama, yakni penanggulangan kelaparan dan kemiskinan dunia. 

Jadi SDGs ini adalah kelanjutan dari MDGs dengan cakupan yang diperluas.
MDGs hanya memiliki 8 tujuan sedangkan SDGs memiliki 17 tujuan pembangunan berkelanjutan dengan 169 target yang harus dicapai.

Tujuan SDGs secara umum bs dibagi ke dlm tiga dimensi, yakni: a) Pertumbuhan Ekonomi; b) Inklusi Sosial; dan c) Perlindungan terhadap Lingkungan.

Dalam upaya mencapai tujuan serta target SDGs ini, ga hanya dibebankan ke Pemerintah aja lho tapi juga sistemnya adalah lintas sektoral, jadi tentunya organisasi internasional, kelompok-kelompok kepentingan, para ahli dan kita sebagai masyarakat pun turut berperan terhadap tercapainya targetan-targetan yang telah ditetapkan dalam SDGs.

Pemerintah berupaya men-translate indicator-indikator yang telah ditetapkan oleh PBB ke dlm rencana aksi nasional, dan dari situ lintas sektoral di Indonesia kemudian harus bahu membahu mewujudkannya.
17 Tujuan SDGs

Nah apa sih jadi 17 tujuan SDGs itu, cukup banyak dan detail, meliputi upaya mengakhiri kelaparan, kemiskinan, membangun infrastruktur, ketahanan pangan, pengelolaan air bersih, pertumbuhan ekonomi inklusif dan lainnya. Untuk lengkapnya silahkan lihat di gambar berikut yak e-17 tujuan SDGs tersebut: 


Setiap pilar dalam SDGs tersebut telah memiliki rencana-rencana aksi nasional yang harus dikejar oleh masing-masing negara.

Tujuan ke 17: Kemitraan Global untuk Pembangunan Berkelanjutan

Nah setelah secara umum kita melihat apa yang disebut SDGs, mari kita masuk ke dalam Tujuan ke 17, tujuan ini menjadi tujuan terakhir karena ini lah sebenarnya yang menjadi inti keberhasilan dari SDGs, harus adanya kolaborasi dan sinergi antar negara-negara di dunia dalam sebuah kerjasama global.

Scara umum, target-target yang diharapkan dapat tercipta di tujuan ke-17 ini adalah:

1.  Sektor keuangan yang kuat (pengelolaan hutang, komitmen negara maju memberikan bantuan      internasional, mendorong investasi dsb)
2.  Teknologi (mendukung transfer teknologi, mendorong terciptanya inovasi tekologi dsb)
3.   Perdagangan internasional (meningkatkan ekspor negara berkembang, meminimalisir bea masuk dsb)
4.   Peningkatan kapasitas (melalui pemberian training-training kepada kelompok masyarakat            khususnya yang marjinal)
5.  Memberkuat kolaborasi dan koordinasi kebijakan internasional
6.  Akuntabilitas kerjasama

Nah sekarang masuk ke inti yang pgn sy sharing juga, Bagaimana Pemuda dapat Berperan dalam mendukung tercapainya SDGs?

Saya ingin memulai dengan mengingatkan lagi jargon Pemerintah Indonesia pada saat Sumpah Pemuda kemarin: “Kita Tidak Sama, Kita Kerja Sama”.

Jargon yg cukup menyentil, kita tidak sama, kita kerja sama. Cukup kuat di isu kebhinekaan, isu kerjasama, kolaborasi menjadi penting.

Ini berarti kita harus membuka ruang partisipasi sebanyak-banyak nya. Yang muda bukan ancaman, yang senior jg bukan musuh. Kita bs membangun jembatan yang baik, yang muda dngan semangatnya, yang senior dengan kebijaksanaan dan pengalamannya.
Banyak kini yang memprediksi Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi dunia, khususnya dengan bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia di tahun 2030.

GDP Indonesia saat ini 932 Milyar USD, dengan populasi 261 juta penduduk dan tingkat pertumbuhan ekonomi 5.3%, cukup tinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Indonesia kini memiliki jumlah populasi penduduk muda terbesar, mencapai 165 juta dari 261 juta penduduk, lebih dari setengah total penduduk Indonesia. Dan ini lebih luas lho dari total penduduk Singapura (hanya 4.5 juta), Australia (sekitar 24 juta penduduk) dan bahkan Malaysia (29 juta penduduk)

Pada tahun 2030 diperkirakan total penduduk Indonesia akan mencapai 305 juta penduduk, dengan usia muda mencapai 68% dari total penduduknya.

Hal ini artinya apa? Ekonomi Indonesia akan terus tumbuh. Indonesia diperkirakan akan masuk ke dalam 4 besar ekonomi dunia. Tahun 2045, pas 100 tahun Indonesia merdeka, ekonomi Indonesia naik dari 932 milyar USD menjadi 9.1 trillion USD di 2045

Pendapatan perkapita, atau pendapatan per orang selama satu tahun akan naik dari 3500 usd (40 juta rupiah/tahun) menjadi 29.300 USD atau setara 350 juta rupiah pertahun di tahun 2045. Angka yang sangat besar, bukan teman-teman?

Pertanyaannya akan dimana peran kita ketika itu di 2045, atau bahkan di tahun 2030??

Ini hanya hitungan 12 tahun atau 27 tahun lagi lho. Cb hitung jg usia kita, kita akan ada di umur berapa di tahun 2030 dan 2045?

Ya benar, kita akan ada di usia 40-50an tahun kan, usia yang tengah matang-matangnya, dan tentunya adalah usia rata2 pemimpin Indonesia.

Di tahun 2030-2045, insyaAllah kita2 ini lah yang akan jadi pemimpin Indonesia. Pertanyaannya, dmn dan apa peran kita ketika itu? dan kita mau ngapain untuk bangsa Indonesia ini ?? Mampu ga kita memanfaatkan momentum emas Indonesia ini??

Pertanyaan yang menurut sy hanya bisa dijawab dengan KOLABORASI!!
Pemuda saat ini jangan hanya memikirkan diri sendiri aja, tapi juga harus bisa memainkan peran sosial, aktif di organisasi.

Tidak hanya organisasi antar pemuda Indonesia aja, tapi juga dengan teman-teman dari negara lain. Harus mampu bersosialisasi di lingkup internasional.

Hasilkan karya-karya buat Indonesia, manfaatkan perkembangan teknologi. Ingat internet itu ga sebatas hanya Youtube, Facebook atau Instagram aja, banyak kolaborasi yang bisa tercipta saat ini. Lihat sekarang start up sudah menjamur di Indonesia. 

Banyak anak muda mendirikan start up-start up, yang terpenting adalah ide dan inovasi skrg. Stlh kita memiliki ide dan inovasi itu, jangan lupa saling sharing, kerjasama, kolaborasi sehingga ide kita bisa tersalurkan lebih luas.

Hanya dengan cara tsb kita bisa turut mendukung pembangunan Indonesia.

Terkait SDGs, apa yg bs kita bantu untuk itu? kita harus tularkan semangat nya, kita bicarakan SDGs di forum2, perkenalkan apa saja ke 17 tujuan yang terdapat di SDGs, pahami tujuannya. Dan pilih di fokus mana kita mau turut menyukseskan program2 SDGs ini. Masing-masing dari kita harus berperan.

Indonesia tak tersusun dari batas peta, tapi dari gerak dan peran besar kaum muda-nya 

Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab tantangan dan peluang yang ada di depan untuk Indonesia.

Demikian kira-kira sedikit sharing dari saya, semoga ga terlalu cepat. Silahkan dicerna aja dulu ya :) Dan mari berdiskusi!!

Session Quetions 

Olo Marasi Siagian_Universitas Riau
Bagaimana bisa membuat peluang untuk menjadi bagian dari student exchange keluar negeri? 

#Speaker.
Answer by Pandu Utama Manggala 

Ok saya jawab dl ya dari Marasi Siagian, terima kasih jg ya pertanyaannya :)
Gmn bisa student exchange?

Cara paling mendasar: Rajin mencari peluang.
Saya tadi bilang internet itu luas ga hanya social media, pun demikian dengan info2 peluang beasiswa atau student exchange lainnya. Jd cari tau dl info mendasar yg byk bertebaran di dunia digital, jangan malas membaca dan mencari ilmu karena setelah kt keluar negeri, kita ini harus independen ga bs bergantung dari orang lain :) 

Jefri_UIR
Apakah indikator kebangkitan ekonomi indonesia seperti yg disampaikan itu hnya krna jumlah pemuda indonesia yang bnyak saja? Sementara kita juga ingt bahwa kwalitas pemuda jauh lebih utama daripada kuantitasnya.

#Speaker.
Answer by Pandu Utama Manggala 

Betul banget, saya setuju. Indikator yang sy sebutkan tadi itu adalah hasil dari beberapa kajian dan riset2 dari lembaga internasional, kita jelas memiliki modal sosial yang kuat untuk membangkitkan Indonesia.

Tapi betul, angka-angka itu hanya akan jadi prediksi kalau pemuda Indonesia nya hanya berdiam diri aja dan ga ningkatin kualitas nya.

Bonus demografi yang akan dimiliki Indonesia akan jd “Sampah Demografi” kalau pemuda nya masih malas2an, gamau ningkatin kualitas diri.

Kuncinya juga makanya bagaimana kita bisa memaksimalkan bonus demografi itu biar penduduk muda Indonesia bisa terus berkarya buat menggiatkan ekonomi Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan.

Kuncinya lagi untuk itu, pendidikan harus jadi yang utama juga. Kita harus punya mimpi untuk melanjutkan pendidikan setinggi mungkin, dan ketika udah mendapatkan kesempatan itu, jangan hanya di keep buat diri sendiri, rajin aktif terlibat di kegiatan kemasyarakatan, sampaikan ilmu yg kt dapet untuk tmn2 kita yang blm memiliki kesempatan itu, kita bagi semangat dan mimpi yang kita punya juga. Kira2 seperti itu :) 

Poniran_Universitas Riau 
Assalamualaikum, saya sangat excited sekali dengan diskusi yang disampaikan oleh pemateri kita Kakak Pandu. Sebagai mahasiswa yang tergolong baru di semester 4 ini, saya sering mengikuti lomba essai dalam tema SDGs untuk membantu pemerintah menyelesaikan problematika bangsa ini. Jadi kakanda Pandu yang saya hormati saya ingin bertanya mengenai arti dari bonus demografi bagaimana ya ?

Dan menurut kak pandu, apakah semua elemen masyarakat di Indonesia sudah mengetahui program SDGs secara sempurna seperti yang kakak jelaskan ? 
Mohon penjelasannya ya kak. Terimakasih

#Speaker.
Answer by Pandu Utama Manggala 

Waalaykumsalam Poniran, makasih ya buat pertanyaannya.
Bonus demografi sperti yang sy sampaikan tadi adalah bagaimana Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia muda 17-35 tahun yang besar. 2030 diprediksi total penduduk Indonesia akan melonjak ke 300 juta penduduk, dan usia muda mencapai 68% nya atau sekitar 204 juta! Itu gede banget, totalnya mungkin sluruh negara di asia tenggara kalau digabungin jg masih kalah dengan penduduk usia muda Indonesia.

Itu artinya, jumlah angkatan kerja akan semakin tinggi, dan tentunya dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Nah ini tantangannya, mampu ga Indonesia mewujudkan itu? Klo pemudanya malas2an dan ga bs bersaing ya, akan melempem juga bangsa ini :)

Aulia putri islami_STKIP ADZKIA PADANG
salah satu tujuan sdgs adalah membangun pendidikan yang inklusif. Bagaimana caranya kita sebagai mahasiswa mendapat hak penuh atas pendidikan. Misalkan saja dalam hal beasiswa  ?

#Speaker.
Answer by Pandu Utama Manggala 

Menarik ini tentang pendidikan yang inklusif. Kita harus tau apa sih hakekat pendidikat itu? pendidikan itu adalah instrumen untuk mempertajam pikiran, memperhalus perasaan dan menumbuhkan kebijakan

Pendidikan juga harus jd instrumen untuk menggerakan, menginspirasi dan memberi gagasan. Jadi ketika dapat kesempatan kuliah pendidikan tinggi, kita jangan lupa jg berbagi dgn saudara2 kita yg blm dpt kesempatan mengenyam pendidikan sperti kita :)

Yumni Amalina_Universitas Negeri Makassar
terima kasih atas kesempatannya pertanyaan saya bagaimana harusnya kita sebagai pemuda dapat berkonstribusi untuk bangsa?  SDGs dibidang apa yang lebih cocok dikembangkan?

#Speaker.
Answer by Pandu Utama Manggala 

Terkait SDGs, ini masih jd problem spertinya. Msh blm banyak menurut sy yang mengetahui secara mendetail apa saja sih 17 tujuan dari SDGs itu dan bagaimana kita bs turut membantu menyukseskannya. 

Kuncinya makanya menjadikan SDGs ini sebagai diskursus di ruang publik
Lalu untuk Ymni, saran saya, kenali dl 17 tujuan SDGs itu sendiri, ada banyak fokus yang bs kita dalamin dan tentunya nanti harus sesuai passion kita, dmn kita merasa memiliki semangat untuk bergerak. 

Semuanya cocok dikembangkan sesuai minat dan jg tentunya background dr msg2 kita :)
yang penting kuncinya adalah Konsisten dalam berkontribusi dlm bidang apapun yg kita geluti :)

Reski Febriani _ UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Bagaimana caranya memperkuat sektor keuangan lewat pengelolaan hutang dan investasi? karena bagi masyarakat awam, negara yang terus terusan berhutang selalu mendapat respon negatif. belum lagi mayoritas investor berasal dari negara asing. dikhawatirkan kekayaan indonesia suatu saat akan dimiliki oleh asing jika investasinya seperti itu. sedangkan WNI sendiri tidak bisa berperan lebih dalam menginvestasikan hartanya seperti orang asing.

#Speaker.
Answer by Pandu Utama Manggala 

Kalau menjelaskan terkait hutang sepertinya perlu satu sesi khusus sendiri, tapi secara simpelnya sy dpt bilang bahwa untuk menunjang pembangunan Indonesia, kita mesti memiliki pendanaan yang besar dan APBN kita ga cukup untuk itu, misal saja untuk membangun infrastruktur, pemerintah hanya dapat memfinance 40% dari APBN, sisanya itu didapat dari investasi.

Untuk itu pemerintah perlu juga mendatangkan investor asing. Jangan jadi xenophobia atau takut dengan asing, karena saat ini dunia sangat terglobalisasi

Dan kenapa APBN kt jg msh kurang? karena skrg itu, pembayar pajak di Indonesia hanya sekitar 40% aja dari total penduduk, msh minim kesadaran bayar pajak. Dan ini yang harus digiatkan jg, ketika tmn2 nanti punya penghasilan, jangan lupa jg untuk bayar pajak ya :) Kira2 itu simpelnya ya

KESIMPULAN
SEMINAR ONLINE IYALO 
The integrity Start From Youth
with PANDU UTAMA MANGGALA Ketua PPI Dunia

Terima kasih ya teman-teman untuk diskusinya juga, senang bisa sharing disini. Terakhir sy hanya ingin sampaikan, buat kita, pemuda,

Hal yang utama adalah untuk membayangkan Indonesia di masa depan. 10 atau 20 tahun ke depan, Indonesia akan jadi negara yang seperti apa dan dimanakah peran kita ketika itu.

Kita telah belajar bahwa bangsa Indonesia dibangun oleh kaum terdidik seperti Soekarno, Hatta, Natsir, Sjahrir dan lainnya. Sekarang, giliran kitalah yang menjadi pendorong untuk kemajuan bangsa. Sebagai pelajar, kita memiliki privilege untuk itu, karena kita kini dapat melihat dunia, kita dapat melihat bangunan Indonesia dari keilmuan yang lebih luas.

dimanapun berada, kita harus berupaya menjadi bagian dari sebuah dinamika peradaban, menjadi penggerak untuk mewujudkan harapan akan Indonesia yang lebih baik.

Apalah artinya kita menempuh pendidikan tinggi ini, apabila tidak membawa manfaat buat Indonesia. Apalah arti gelar yang kita miliki, apabila tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab dan peran sosial yang kita miliki. Sebagaimana bung Hatta pernah berujar: “Hanya satu tanah yang dapat disebut Tanah Airku, ia berkembang dengan usaha. Dan usaha itu, ialah usahaku”. 

Sulit rasanya membayangkan Indonesia akan menjadi sebuah bangsa yang besar dan bermartabat apabila kita tidak memulainya dengan usaha dan mimpi kita. Marilah kita sama-sama menjadi bagian dari gerakan intelektual pelajar Indonesia, menjadi insan intelektual yang progresif yang tidak hanya berwacana saja dan tidak hanya belajar serta bergerak untuk kemajuan diri sendiri saja, tetapi berpikir dan bertindak untuk bangsa dan agama.

Ini bs dibilang juga adalah inti kenapa tujuan ke 17 juga dinyatakan dgn kemitraan global, karena masing2 negara harus dapat meningkatkan kualitasnya dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan

Jadi jangan lupa ya untuk rajin membaca dan tentunya semoga sharing dr sy ini bs memantik rasa penasaran tmn2 semua jg ttg apa sih nilai dari kontribusi dan apa yang disebut SDGs itu

jangan hanya berhenti di wacana, langsung bergerak, pilih apa yang tmn2 mau fokuskan, dan mulailah berkarya

: kira2 itu aja dari saya, sekali lg terima kasih ya sudah diberi kesempatan sharing dgn tmn2 semua juga :) InsyaAllah sy jg terbuka nanti klo mau ada yg diskusi2 lanjutan lagi, bisa disapa juga di Instagram sy: @pandu_manggala atau bs juga intip apa aja aktivitas PPI Dunia di @ppidunia :)



Head of Program Development
IYALO,


Rahmad Rivaldi,S.I.Kom