SAYA MOHON MAAF JIKA DI DALAM BLOG SAYA TERDAPAT KESALAHAN DAN KEKURANGAN DALAM MEYAMPAIKAN KARNA SAYA JUGA MANUSIA YANG TIDAK LEPAS DARI KESALAHAN BAGI PENGUNJUNG MOHON KRITIK DAN SARANNYA UNTUK SAYA

Monday, May 18, 2015

PENGOLAHAN DAN MANFAAT HASIL INOVASI KERIPIK NENAS



KATA PENGANTAR

                   Assalammu’alaikum Wr.Wb
            Segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam, yang menurunkan Al-qur’an sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berakal. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada pemuka turunan Adam, Nabi Muhammad SAW yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT dan dianugerahi kefasihan kepada keluarganya, pengikutnya, golongannya, dan semua sahabatnya. Semoga keselamatan tercurah kepada mereka semua.
Dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua, khususnya penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan Hasil Observasi ini dengan baik. Yang berjudul “Kripik Nenas”.
Demikianlah, semoga Laporan ini dapat memberi manfaat yang berguna bagi para pembaca, dan khususnya kami sebagai penulis. Akhirnya, kepada Tuhan jualah kita memohon do’a agar senantiasa berada dalam limpahan rahmat-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.
                        Wassalamu’alaikum Wr.Wb

                                                                                    Pekanbaru,  April  2015


                                                                                    Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang
      Buah nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan tanaman buah yang berasal dari Brasil. Di Indonesia, nenas biasanya ditanam di perkebunan dan untuk diambil buahnya. Buah nenas selain di makan secara langsung, bisa juga diawetkan dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirup selain itu buah nenas ternyata bisa dibuat menjadi inovasi terbaru dapat di jadikan keripik nenas. Selain bermanfaat sebagai makanan, buah nenas juga berkhasiat sebagai obat tradisional. Selain itu, kandungan vitamin seperti vitamin C dan mineralnya sangat baik untuk kesehatan. Akibat kurangnya minat masyarakat untuk membeli dan mengonsumsi buah nenas sehingga banyak petani nenas di kabupaten Kampar terutama di desa kualu nenas rugi besar karena banyaknya nenas yg terbuang dan busuk karena tidak di olah. Di sini kami meneliti bagaimana awalnya nenas ini dapat di olah menjadi keripik yang gurih.

2.      Rumusan masalah
                   Bagaimana masyarakat dapat mengolah dan memanfaatkan nenas menjadi inovasi baru menjadi keripik?

3.      Tujuan masalah
                  Untuk mengetahui bagaimana awalnya nenas di olah menjadi keripik sehingga banyaknya daya tarik masyarakat.


http://www.google.com/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0CAQQjBw&url=http%3A%2F%2F202.67.224.131%2Fpdimage%2F41%2F1629241_362238730.jpg&ei=aXxeVdq-HNWJuwTM4YGgAw&bvm=bv.93990622,d.c2E&psig=AFQjCNErM9okr_Z1bk3PNrH7hhBQjzOAog&ust=1432342003383859


BAB II
PROFIL USAHA RUMAHAN BERKAT USAHA

Sejarah Singkat
1.      Sejarah Singkat
Pada awal tahun 2000, pak Limin mendirikan sebuah perkebunan nenas yang kemudian hasil perkebunannya dijual, karna hasil perkebunan yang kurang laku dipasaran, maka buah nenas tersebut terbuang sia sia dikarenakan ada nya buah nenas yang berukuran kecil. Tidak lama kemudian masyarakat desa Kualu Nenas di datangi BPTP (Balai Penelitian Tanaman Pangan) Riau karena melihat usaha nenas yang ada di masyarakat banyak terbuang dan tidak laku kemudian tidak di olah dengan baik, maka dari itu masyarakat desa Kualu Nenas diberi bimbingan oleh BPTP Riau utuk mengolah nenas menjadi keripik. Walaupun awalnya masyarakat tidak bisa menerima begitu saja bimbingan dari BPTP Riau. Karena masyarakat tidak berpengalaman dan tidak  mengerti cara pengolahan keripik nenas. Tetapi pada awal tahun 2001 dari BPTP Riau datang langsung ke lokasi dengan membawa alat dan masyarakat di beri bimbingan dan mempraktekkan secara langsung cara pengolahannya dengan baik, maka masyarakat Desa kualu nenas dapat menerima pengolahan nenas menjadi keripik.
Dari sinilah awalnya usaha Rumahan BERKAT BERSAMA milik pak Limin berdiri sejak tahun 2001. Walaupun awalnya tidak mudah untuk memasarkannya tapi berkat kesabaran dan kegigihan pak Limin usaha keripik nenas ini dapat berkembang dengan baik. Usaha rumahan milik pak Limin yang beralamat jalan raya pekanbaru-bangkinang KM 25 Desa Kualu Nenas kini banyak dikenal oleh masyarakat dari dalam maupun luar kota.

2.      Lokasi dan Waktu Observasi
a.       Lokasi
Lokasi observasi kami lakukan di Home IndustriBERKAT BERSAMA, Desa Kualu Nenas, jalan raya pekanbaru-bangkinang KM 25.

b.      Waktu
Adapun waktu observasi kami lakukan pada hari minggu, tanggal 12 April 2015, pukul 11.30 hingga selesai.



3.      Subjek Observasi
Subyek obsevasi yang kami pilih yaitu Pak Limin selaku pemilik dan pendiri Home Industri Berkat Bersama.
4.      Metode Pengumpulan Data
Adapun Metode Pengumpulan data yang kami gunakan yaitu dengan Metode wawancara dan dokumentasi.






        BAB III
STUDI PUSTAKA
1.      Pengertian Komunikasi Inovasi
Komunikasi: Proses penyampaian suatu pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.
Inovasi: Penemuan-penemuan baru baik berupa gagasan, tindakan atau benda-benda baru yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial bila menyebar ke masyarakat.
Jadi, Komunikasi Inovasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan-pesan inovasi berupa gagasan, tindakan, atau teknologi baru dari sumber kepada penerima dalam suatu sistem sosial masyarakat dengan tujuan melakukan perubahan.
2.      Karakteristik Inovasi
• Intrinsik (melekat dalam inovasi):
(1) Status keilmiahan (Scientific Status of Inovation).
(2) Kandungan nilai-nilai (value loading) yang melekat padanya.
(3) Sifat yang komunikatif (communicability)
(4) Kesederhanaan dan kerumitan (simplicity-complexity)
(5) Dapat dibagi atau dipecah-pecah (divisibility)
(6) Mudah atau tidaknya untuk dicoba (triability)
(7) Mudah atau tidaknya diamati (observability)
• Ekstrinsik (tergantung atau dipengaruhi oleh kondisi masyarakat pengguna atau lingkungannya):
(1) Kesesuaiannya atau kecocokannya inovasi dengan kondisi masyarakat sasaran   (comptability)
(2) Keuntungan (keunggulan, kemanfaatan) relatif Inovasi (relative advantage)
(3) Sifat yang komunikatif (communicability)

3.      Hal-hal berkaitan dengan inovasi
1.      Tidak menjadi persoalan benar-benar baru atau tidak
2.       Dianggap baru oleh seseorang tetapi bagi orang lain tidak
3.       Setiap ide/ gagasan pernah menjadi inovasi
4.       Setiap inovasi berubah seiring dengan berlalunya waktu
5.       Tidak semua inovasi perlu disebarluaskan dan diadopsi
6.       Inovasi yang tidak cocok bagi seseorang maupun sosial bisa mendatangkan bahaya dan tidak ekonomis.
7.      Semua inovasi memiliki komponen ide, tetapi banyak inovasi yang tidak punya wujud fisik misalnya ideologi (adopsi keputusan simbolis)
8.      Inovasi yang memiliki komponen ide dan obyek (fisik) diadopsi dengan keputusan tindakan (nyata)
4.      Unsur-unsur Komunikasi Inovasi
Unsur-unsur Komunikasi Secara Umum
§  Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
§  Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
§  Channel : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
§  Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
§  Effect : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
5.      Komunikasi dan Difusi
Difusi: Suatu tipe khusus komunikasi. Merupakan proses dimana inovasi tersebar kepada anggota suatu sistem sosial

Beda Kajian Difusi dengan Komunikasi
Pengkajian difusi : Telaah tentang pesan-pesan yang berupa gagasan baru.
Pengkajian komunikasi : Telaah terhadap semua bentuk pesan.
Dalam kasus difusi, karena pesan-pesan yang disampaikan baru maka ada resiko bagi       penerima. Hal ini berarti ada perbedaan tingkah laku dalam kasus penerimaan inovasi jika dibandingkan dengan penerimaan pesan biasa.
Latar Belakang Teori Defusi Inovasi
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers (1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped diffusion curve is of current importance because “most innovations have an S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.

Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi
1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, dan sebaliknya.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi.
3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. 
LimaTahap Proses Adopsi
 
1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal diantara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.
Kategori Pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.



BAB IV
HASIL OBSERVASI

1.         Identifikasi inovasi
Melihat banyaknya pengrajin pembuat kripik nenas yang berada di daerah Desa Kualu Nenas membuat kami ingin mengetahui dari mana asal pembuatan Inovasi tersebut.
a.       Keunggulan dan kelemahan inovasi
Keunggulan dari inovasi ini yaitu keripik nanas dan nangka menjadi oleh-oleh khas kabupaten Kampar, khususnya Desa Kualu Nenas dan yang menjadi kelemahan dari inovasi ini yaitu banyaknya saingan dalam penjualan
b.      Proses komunikasi inovasi

c.       Asal Inovasi
Inovasi pembuatan kripik Nenas berasal dari BPTP yang memberikan pembelajaran pengolahan nenas kepada masyarakat yang kemudian menjadi kripik.
d.      Agen Pembaharu
Pak Limin merupakan orang pertama yang menjalankan Inovasi kripik Nenas setelah menerima inovasi tersebut dari BPTP sekaligus sebagai agen pembaharu
e.       Peran agen pembaru
Pak limin sebagai orang pertama yang mengembangkan usaha kripik nenas bisa dibilang berhasil dalam menjalankan usaha ini tersebut, karena dalam kurun waktu 14 tahun menjalankan usaha kripik nenas telah banyak penghargaan yang di terimanya, baik itu dalam kategori pengusaha maupun produk yang dihasilkan, kemudian usaha kripik nenas ini juga telah di liput berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik bahkan pamapai pada saluran TV swasta (Metro TV, Trans TV) 
f.       Peran opinion leader
Dalam hal ini bisa dikatakan BPTP yang memegang peran Opinion Leader yang memberikan inovasi pembuatan keripik Nenas
g.      Penerima inovasi
Penerima inovasinya yaitu masyarakat yang juga menjalankan usaha yang sama ataupun sebagai konsumen.
h.      Saluran komunikasi yang di gunakan
Saluran komunikasi yang digunakan yaitu saluran komunikasi interpersonal dimana saluran yang melibatkan tatap muka antara narasumber dan penerima, antara dua orang atau lebih.
i.        Kategori keputusan inovasi
Inovasi ini di kategorikan dalam keputusan inovasi opsional.
j.        Tahapan proses keputusan inovasi
Dalam pandangan tradisional keputusan inovasi opsional terdapat 5 tahap:
Ø  Tahap kesadaran, dari pihak BPTB menyadari perlunya inovasi dari bahan baku nenas pada daerah desa kualu nenas yang banyak nya petani nenas, dimana nenas yang berukuran kecil dan membusuk di buang begitu saja dan tidak di kelolah.
Ø  Tahap Menaruh minat, bapak limin selaku petani nenas sekaligus nerima inovasi dan juga agen mebaharu menaruh minat yang besar karna nenas-nenas yang tidak laku terjual dapat di olah yang mempunyai nilai jual yang lebih mahal.
Ø  Tahap penilaian, peneilaian terhadap inovasi ini sangan positif karena juga mampu memhasilkan mata pencaharian baru dan juga sangat produktif.
Ø  Tahap pencobaan, dari BPTP turun langsung memberikan pembelajaran kepada masyarakat kualu nenas dengan langsung membawa alat pengolah dan mengajari langsung cara membuat keripik nenas kepala masyarakat.
Ø  Tahap penerimaan, bapak limin menerima inovasi tersebut dengan membuka usaha home industri berkat bersama yang hingga saat ini masih berjalan, bahkan tidak sebatas pada kripik nenas saja, tatapi inovasi tersebut berkembang dengan dibuatnya kripik nangka, durian dan manga.
Ø  Dampak yang di timbulkan inovasi tersebut (positif/negative)
Dampak yang di timbulkan dari inovasi ini yaitu:
Positif, hingga saat ini banyaknya usaha-usaha rumahan pembuat kripik nenas, yang membantu perekonomian masyarakat di daerah desa kualu nenas, dan juga dari hasil petani nenas yang tidak laku terjual dapat di olah menjadi makanan yang bernilai jual tinggi.
Negative, begitu banyak persaingan dalam memasarkan produk karena juga banyak yang membuat usaha yang serupa.
k.      Apakah masyarakat akan melanjutkan adopsi inovasi tersebut atau tidak?
Masyarakat di daerah kabupaten Kampar khususnya Desa Kualu Nenas sangat menerima inovasi ini terlihat pada saat ini begitu banyak usaha rumahan yang memproduksi kripik nenas.
2.         Visi
Perusahaan Keripik nenas milik pak Limin ingin menjadi salah satu usaha kecil menengah yang bisa menjadi pemimpin dalam pasar produksi makanan berbahan dasar nenas oleh-oleh khas kabupaten Kampar.
3.         Misi
Perusahaan Keripik nenas milik pak Limin  berusaha untuk menyediakan produk yang inovatif dan variatif dengan kualitas bagus, harga yang bersaing dan pelayanan yang memuaskan.
4.      Hasil pengamatan
Pengamatan ini dilakukan pada sebuah usaha pengolahan buah nenas menjadi keripik ”BERKAT BERSAMA”, berkat bersama merupakan suatu usaha industri yang memproduksi keripik nenas yang beralamat Jl. Raya Pekanbaru-Bangkinang Km 25 Kualu Nenas Provinsi Riau, didirikan oleh Bapak Limin dengan jumlah  pekerja sebanyak 6 orang. Berkat bersama memiliki 2 unit mesin pres serta 3 unit penggorengan. Pemilihan nenas sebagai bahan baku untuk memproduksi keripik merupakan upaya untuk menciptakan sebuah inovasi terhadap makanan  jenis keripik ini dan untuk mendapatkan nilai tambah dan meningkatkan kualitas  bagi buah nenas. Pada usaha Berkat Bersama masih terdapat hal yang perlu diperhatikan seperti  penyediaan bahan baku yang dilakukan masih kurang baik karena terjadi  penumpukan bahan baku yang berlebihan saat musim panen tiba, dan kekurangan  bahan baku saat belum memasuki masa panen.
Tata letak (layout)
Perusahaan  pada kondisi sekarang masih kurang tertata dengan baik, dimana proses  penumpukan buah nenas yang akan di potong berada didepan tempat transaksi  jual beli, hal ini tentunya mengganggu konsumen yang akan membeli produk tersebut. Perusahaan ini hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar menuju ruang produksi, sehingga akan terjadi antrian jika ada pekerja yang akan keluar dan masuk secara bersamaan selain itu juga aliran kerja pada proses produksinya tidak memiliki alur yang jelas. Limbah dari proses pembuatan keripik nenas yang berupa kulit dan inti nenas serta air sisa perendaman dan penirisan dibuang begitu saja. Selain itu minyak sisa penggorengan juga tidak termanfaatkan. Penumpukan limbah ini menyebabkan udara disekitarnya menjadi kurang nyaman, serta tanah tempat  pembuangan minyak sisa penggorengan menjadi gersang. Oleh kerena itu perlu adanya perbaikan dan pemanfaatan limbah-limbah tersebut.
1)      Bahan Baku
Bahan baku buah nanas yang digunakan oleh usaha ini sebagian berasal dari kebun pribadi milik bapak Sulaiman seluas 4 hektar, saat petani nenas telah memasuki masa panen maka pemenuhan bahan baku yang dibutuhkan untuk  produksi akan dapat terpenuhi tanpa adanya hambatan, dimana perusahaan membutuhkan sekitar 33 kilo buah nanas segar untuk dapat memenuhi kebutuhan  produksi setiap harinya, namun penanganan yang dilakukan terhadap bahan baku yang dilakukan oleh Berkat Bersama masih mengalami kendala mengingat nenas termasuk komoditas buah yang mudah rusak, susut, dan cepat busuk. Penanganannya yang kurang baik yaitu dengan cara ditumpuk disatu tempat menyebabkan buah nenas yang berada pada bagian paling bawah rusak atau membusuk, sehingga harus dibuang. sebaiknya dilakukan pengaturan sistem simpan bahan baku yang dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara pembuatan rak-rak penyimpanan dengan ukuran yang dibutuhkan untuk dapat menampung  bahan baku produksi guna mengurangi volume tumpukan sehingga dapat mengurangi beban tumpukan yang dapat merusak buah.  Namun bila para petani belum memasuki masa panen maka perusahaan akan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku nenas setiap harinya, dengan kondisi seperti ini perusahaan melakukan pengadaan bahan baku dari petani lain atau dari luar daerah yang tentunya akan menimbulkan biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku. Dimana dari 4 hektar lahan yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan 500 kg buah nenas segar, dengan bobot rata-rata 0,5 kg perbuah, Dalam satu hari Prima Tani membutuhkan 33 kg buah nenas segar, sehingga  bahan baku hanya dapat mencukupi bahan baku produksi selama 16 hari, dan mengalami kekurangan sebanyak 462 kg atau sekitar 924 buah nenas segar untuk memenuhi bahan baku produksi selama 14 hari kemudian. Untuk menutupi kekurangan tersebut prima tani membeli nenas segar dari  petani lain dengan harga Rp 3.000 perbuah, sehingga akan menambah  pengeluaran untuk bahan baku sebesar Rp 2.772.000, disini dapat kita ketahui  bahwa tidak maksimalnya pengelolaan lahan perkebunan, karena dengan lahan 4 hektar dan dengan jarak tanam yang baik serta dengan pemupukan dan perawatan yang baik dalam satu bulan dapat menghasilkan 900-1200 kg dan dengan bahan  baku sebanyak 900-1200 kg Prima Tani dapat memenuhi kebutuhan bahan baku setiap bulannya tanpa harus melakukan pembelian bahan baku dari tempat lain, sehingga perlu dilakukannya perbaikan pada pengelolaan lahan, baik itu sistem tanam, perawatan, hingga penanganan masa panen, sehingga dapat mencukupi kebutuhan bahan baku keripik nenas setiap harinya.
2)      Kegiatan Produksi
Proses produksi Pembuatan keripik nenas yang dilakukan oleh prima tani melalui beberapa tahap yaitu:
a. Mengupas buah segar nenas dari kulitnya yang masih dilakukan secara manual menggunakan pisau oleh operator , selanjutnya nenas yang telah dikupas dipotong-potong secara manual oleh operator menggunakan  pisau menjadi potongan tipis sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
b. Dilakukan proses pencucian dan perendaman dengan campuran air garam dan soda sekitar 10 menit dan ditiriskan menggunakan keranjang,
c. Kemudian potongan buah nenas yang telah dicuci bersih digoreng dengan
 facuum fryingselama 4 jam,
d. Kemudian di dinginkan dengan cara diletakkan di atas meja dan diratakan, setelah dingin dilakukan proses pengepakan dengan menggunakan plastik untuk kemudian dipasarkan, dan sisa dari kegiatan  produksi hanya dibuang begitu saja dan tidak dimanfaatkan lagi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lakukan beberapa perbaikan atau  penyesuaian kegiatan produksi guna meningkatkan kemampuan produksi  perusahaan, dan mengurangi dampak-dampak negatif yang ditimbulkan. Penyesuaian proses produksi yang dilakukan diantaranya pada proses pemotongan yang masih dilakukan secara manual, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong untuk dapat mempersingkat waktu pemotongan dan dapat mengurangi jumlah operator yang bertugas memotong buah nenas. Kemudian penyesuaian selanjutnya dilakukan pada kegiatan penirisan, yang ditiriskan menggunakan keranjang rotan, sebaiknya dilakukan penirisan dengan menggunakan mesin
spinner yang akan dapat mengurangi kandungan air yang terdapat pada buah sehingga proses penggorengan akan dapat berlangsung lebih cepat, dan hal ini akan dapat mengurangi jumlah kandungan air yang tercampur dengan minyak sehingga akan lebih aman bila langsung dibuang, yang mana bila dibandingkan dengan proses sebelumnya yang dilakukan (4 jam) waktu  pematangan keripik akan dapat berlangsung hanya dengan waktu 2-3 jam, yang tentunya akan lebih menghemat waktu penggorengan dan bahan bakar yang digunakan, yang tentunya juga akan meningkatkan kemampuan produksi.
3)      Limbah
Sisa hasil produksi yang berupa “mata dan inti” dari nenas dibuang begitu saja di alam, hal ini mengakibatkan udara disekitar tempat tersebut menjadi tidak nyaman, semakin lama penumpukan limbah ini akan semakin banyak, guna mengatasi dampak lingkungan dari sisa hasil produksi, kita dapat melakukan  pengolahan terhadap sisa hasil produksi yaitu berupa bagian “mata dan inti” nenas yang dapat kita olah menjadi produk “Nata De Pina”, yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi, dengan demikian tentunya akan dapat mendatangkan  pendapatan tambahan bagi perusahaan. Disamping itu juga penumpukan akan limbah yang menyebabkan tercemarnya udara dapat di minimalkan dengan adanya pengolahan ataupun pemanfaatan akan limbah tersebut. Sisa produksi yang lainnya yaitu berupa minyak bercampur air. Limbah ini dibuang ketanah, dengan demikian tanah tempat pembuangan limbah ini menjadi gersang. Oleh sebab itu air yang bercampur minyak sisa penggorengan sebelum dibuang harus dilakukan pemisahan antara air dengan minyak yang ada sehingga air dapat dibuang dengan aman tanpa harus menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, serta minyak sisa penggorengan setelah dilakukan pemisahan dapat kita manfaatkan sebagai bahan untuk menggoreng lagi dengan demikian  peresahaan akan dapat mengurangi biaya produksi.
4)      Pemasaran
Hasil produksi yang dihasilkan oleh prima tani sebagian besar keripik nenas yang dihasilkan dijual melalui HIPMARI (Himpunan Makanan Riau), dan ada juga yang langsung dijual pada konsumen, dengan harga jual Rp 60.000 /kg (distributor) dan Rp 100.000 /kg (konsumen). Harga pokok produksi yang dikeluarkan setiap harinya dapat kita hitung dengan metode full costing
 yang terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut:
Biaya bahan baku = Rp 521.000
Biaya tenaga kerja langsung = Rp 210.000
Biaya overhead pabrik = Rp 50.000
Harga pokok produksi =Rp 781.000 perhari

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat kita ketahui Berkat Bersama akan mendapatkan
Margin sebesar Rp 719.000 /hari dan Rp 21.570.000 /bulan bila  produk langsung dijual pada konsumen tanpa harus melalui distributor, margin yang didapat oleh perusahaan sebesar Rp 119.000 /hari dan Rp 3.570.000 /bulan  bila produk dijual kepada distributor. Oleh karena itu sebaiknya Prima Tani mulai melakukan pengembangan kegiatan pemasaran secara langsung kepada konsumen untuk dapat meningkatkan pendapatan setiap bulannya.
5)      Layout 
Tata letak perusahaan perlu dilakukan perbaikan agar masalah-masalah seperti proses penumpukan buah nenas yang akan di potong berada didepan tempat transaksi jual beli dan pintu keluar masuk pekerja ke ruang produksi hanya satu. Perbaikan yang dilakukan yaitu tempat penumpukan buah nenas dan tempat  pemotongan sebaiknya berada di ujung depan perusahaan supaya tidak mengganggu konsumen yang datang. Selanjutnya perlu adanya penambahan pintu masuk didepan tempat pemotongan supaya tidak terjadi antrian ketika ada pekerja akan masuk dan keluar dalam waktu yang bersamaan dan buah nenas yang siap  proses lebih dekat dari ruang produksi serta alur perjalanan proses kerjanya jelas dari awal hingga produk siap untuk dipasarkan.
 




BAB V
PENUTUP
1.                  Kesimpulan
Home industri BERKAT BERSAMA merupakan usaha rumahan yang menghasilkan inovasi kripik nenas, yang pada awalnya nenas yang tidak laku terjual dan yang berukuran kecil terbuang begitu saja, namun dengan inovasi ini nenas-nenas tersebut mampu di olah menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi, dan merupkan oleh-oleh khas Desa Kualu Nenas kabupaten Kampar. Tidak hanya berhenti di situ, inovasi ini juga berkembang pada buah-buahan yang lain, seperti kripik nangka, durian dan juga mangga.
2.                  Saran
Adanya inovasi-inovasi yang terus dikembangkan dari Home Industri Berkat Bersama, dan pemasaran yang lebih di tingkatkan lagi agar produk kripik bisa di kenal lebih luas lagi, karena menurut kami keripik Nenas ini mempunyai potensi yang besar untuk di pasarkan hingga tingkat nasional.



3.      Dokumentasi



DAFTAR PUSTAKA
1. Www.negeribadri.com
2. Rogers, Everett, M. (2003). Diffusions of Innovations; Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher
3. Bryan, Jennings, & Thompson, Susan .(2002). Fundamentals of Media Effects
4. Turner, West. (2007). Introducing Communication Theory; Analysis and Application, Third Edition;McGraw Hill
5. Rogers, Everett, M., “Diffussion of Innovation”, (Canada: The Free Press of Macmillan Publishing Co.,
6. Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely, “International Encyclopedia of Educational Technology”, (Cam-bridge, UK: Elsevier Science Ltd.,
7. Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.
8. Rogers, E. M (Ed), Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis. LP3S. Jakarta.
9. Rogers, Everett M. dan F. Floyd Shoemaker. Communication of Innovations. Terjemahan Abdillah Hanafi Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya.

No comments:

Post a Comment