KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Segala
puji bagi Allah Rabb sekalian alam, yang menurunkan Al-qur’an sebagai petunjuk
dan peringatan bagi orang-orang yang berakal. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada pemuka turunan Adam, Nabi Muhammad SAW yang diberi keistimewaan
oleh Allah SWT dan dianugerahi kefasihan kepada keluarganya, pengikutnya,
golongannya, dan semua sahabatnya. Semoga keselamatan tercurah kepada mereka
semua.
Dengan
berkat rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua, khususnya
penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan Hasil Observasi ini dengan
baik. Yang berjudul “Kripik Nenas”.
Demikianlah,
semoga Laporan ini dapat memberi manfaat yang berguna bagi para pembaca, dan
khususnya kami sebagai penulis. Akhirnya, kepada Tuhan jualah kita memohon do’a
agar senantiasa berada dalam limpahan rahmat-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb
Pekanbaru, April
2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Buah
nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan tanaman buah yang berasal dari
Brasil. Di Indonesia, nenas biasanya ditanam di perkebunan dan untuk diambil
buahnya. Buah nenas selain di makan secara langsung, bisa juga diawetkan dengan
cara direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirup selain itu buah
nenas ternyata bisa dibuat menjadi inovasi terbaru dapat di jadikan keripik nenas.
Selain bermanfaat sebagai makanan, buah nenas juga berkhasiat sebagai obat
tradisional. Selain itu, kandungan vitamin seperti vitamin C dan mineralnya sangat baik untuk
kesehatan. Akibat kurangnya minat masyarakat untuk membeli dan mengonsumsi buah
nenas sehingga banyak petani nenas di kabupaten Kampar terutama di desa kualu
nenas rugi besar karena banyaknya nenas yg terbuang dan busuk karena tidak di
olah. Di sini kami meneliti bagaimana awalnya nenas ini dapat di olah menjadi
keripik yang gurih.
2.
Rumusan
masalah
Bagaimana
masyarakat dapat mengolah dan memanfaatkan nenas menjadi inovasi baru menjadi
keripik?
3. Tujuan masalah
Untuk
mengetahui bagaimana awalnya nenas di olah menjadi keripik sehingga banyaknya
daya tarik masyarakat.
BAB
II
PROFIL
USAHA RUMAHAN BERKAT USAHA
Sejarah
Singkat
1.
Sejarah
Singkat
Pada awal tahun 2000, pak Limin mendirikan sebuah
perkebunan nenas yang kemudian hasil perkebunannya dijual, karna hasil
perkebunan yang kurang laku dipasaran, maka buah nenas tersebut terbuang sia
sia dikarenakan ada nya buah nenas yang berukuran kecil. Tidak lama kemudian masyarakat
desa Kualu Nenas di datangi BPTP (Balai Penelitian Tanaman Pangan) Riau karena
melihat usaha nenas yang ada di masyarakat banyak terbuang dan tidak laku kemudian
tidak di olah dengan baik, maka dari itu masyarakat desa Kualu Nenas diberi
bimbingan oleh BPTP Riau utuk mengolah nenas menjadi keripik. Walaupun awalnya
masyarakat tidak bisa menerima begitu saja bimbingan dari BPTP Riau. Karena
masyarakat tidak berpengalaman dan tidak
mengerti cara pengolahan keripik nenas. Tetapi pada awal tahun 2001 dari
BPTP Riau datang langsung ke lokasi dengan membawa alat dan masyarakat di beri
bimbingan dan mempraktekkan secara langsung cara pengolahannya dengan baik,
maka masyarakat Desa kualu nenas dapat menerima pengolahan nenas menjadi
keripik.
Dari sinilah awalnya usaha Rumahan BERKAT BERSAMA milik
pak Limin berdiri sejak tahun 2001. Walaupun awalnya tidak mudah untuk
memasarkannya tapi berkat kesabaran dan kegigihan pak Limin usaha keripik nenas
ini dapat berkembang dengan baik. Usaha rumahan milik pak Limin yang beralamat
jalan raya pekanbaru-bangkinang KM 25 Desa Kualu Nenas kini banyak dikenal oleh
masyarakat dari dalam maupun luar kota.
2.
Lokasi
dan Waktu Observasi
a. Lokasi
Lokasi observasi kami lakukan di Home IndustriBERKAT
BERSAMA, Desa Kualu Nenas, jalan raya pekanbaru-bangkinang KM 25.
b. Waktu
Adapun waktu observasi kami lakukan pada hari
minggu, tanggal 12 April 2015, pukul 11.30 hingga selesai.
3.
Subjek
Observasi
Subyek obsevasi yang kami pilih yaitu Pak Limin
selaku pemilik dan pendiri Home Industri Berkat Bersama.
4.
Metode
Pengumpulan Data
Adapun Metode Pengumpulan data yang kami gunakan
yaitu dengan Metode wawancara dan dokumentasi.
BAB III
STUDI PUSTAKA
1.
Pengertian
Komunikasi Inovasi
Komunikasi:
Proses penyampaian suatu pesan oleh komunikator kepada komunikan untuk memberi
tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara
lisan, maupun tidak langsung melalui media.
Inovasi: Penemuan-penemuan
baru baik berupa gagasan, tindakan atau benda-benda baru yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial bila menyebar ke masyarakat.
Jadi,
Komunikasi Inovasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan-pesan
inovasi berupa gagasan, tindakan, atau teknologi baru dari sumber kepada
penerima dalam suatu sistem sosial masyarakat dengan tujuan melakukan
perubahan.
2.
Karakteristik Inovasi
• Intrinsik (melekat dalam inovasi):
(1)
Status keilmiahan (Scientific Status of Inovation).
(2)
Kandungan nilai-nilai (value loading) yang melekat padanya.
(3)
Sifat yang komunikatif (communicability)
(4)
Kesederhanaan dan kerumitan (simplicity-complexity)
(5)
Dapat dibagi atau dipecah-pecah (divisibility)
(6)
Mudah atau tidaknya untuk dicoba (triability)
(7)
Mudah atau tidaknya diamati (observability)
•
Ekstrinsik (tergantung atau dipengaruhi oleh kondisi masyarakat pengguna atau lingkungannya):
(1)
Kesesuaiannya atau kecocokannya inovasi dengan kondisi masyarakat sasaran (comptability)
(2)
Keuntungan (keunggulan, kemanfaatan) relatif Inovasi (relative advantage)
(3)
Sifat yang komunikatif (communicability)
3. Hal-hal berkaitan dengan inovasi
1.
Tidak menjadi persoalan benar-benar baru atau tidak
2.
Dianggap baru oleh
seseorang tetapi bagi orang lain tidak
3.
Setiap ide/ gagasan
pernah menjadi inovasi
4.
Setiap inovasi berubah seiring dengan
berlalunya waktu
5.
Tidak semua inovasi perlu disebarluaskan dan
diadopsi
6.
Inovasi yang tidak cocok bagi seseorang maupun
sosial bisa mendatangkan bahaya dan tidak ekonomis.
7.
Semua
inovasi memiliki komponen ide, tetapi banyak inovasi yang tidak punya wujud
fisik misalnya ideologi (adopsi keputusan simbolis)
8.
Inovasi yang
memiliki komponen ide dan obyek (fisik) diadopsi dengan keputusan tindakan
(nyata)
4. Unsur-unsur Komunikasi Inovasi
Unsur-unsur Komunikasi Secara Umum
§ Sender : Komunikator yang
menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.
§ Message : Pesan yang merupakan
seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
§ Channel : Saluran komunikasi tempat
berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.
§ Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
§ Effect : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan
apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
5.
Komunikasi dan Difusi
Difusi:
Suatu tipe khusus komunikasi. Merupakan proses dimana inovasi tersebar kepada
anggota suatu sistem sosial
Beda Kajian
Difusi dengan Komunikasi
Pengkajian
difusi : Telaah tentang pesan-pesan yang berupa gagasan baru.
Pengkajian
komunikasi : Telaah terhadap semua bentuk pesan.
Dalam kasus difusi, karena pesan-pesan yang disampaikan baru
maka ada resiko bagi penerima. Hal
ini berarti ada perbedaan tingkah laku dalam kasus penerimaan inovasi jika
dibandingkan dengan penerimaan pesan biasa.
Latar
Belakang Teori
Defusi Inovasi
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20,
tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde,
memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini
pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau
sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu
dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya
menggambarkan dimensi waktu.
Pemikiran Tarde menjadi penting karena secara sederhana bisa
menggambarkan kecenderungan yang terkait dengan proses difusi inovasi. Rogers
(1983) mengatakan, Tarde’s S-shaped
diffusion curve is of current importance because “most innovations have an
S-shaped rate of adoption”. Dan sejak saat itu tingkat adopsi atau tingkat
difusi menjadi fokus kajian penting dalam penelitian-penelitian sosiologi.
Tahapan peristiwa yang menciptakan
proses difusi
1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal
ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai
sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang
yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap
inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit
diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, dan
sebaliknya.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai
menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi
atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa
faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin
tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga
dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang
memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri
mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka
bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut.
Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam
mengadopsi inovasi.
3. Pengembangan Jaringan Sosial:
Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi
tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa
secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari
proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial
yang mereka miliki.
LimaTahap Proses Adopsi
1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum
memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi
tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa
melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal
diantara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak
dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang
akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan
evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi
atau menolak inovasi tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang
membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah
inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas
menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi
sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat,
seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah
inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat
dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian
mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan
evaluasi.
Kategori Pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya
mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap
untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat
dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat
membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya
orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan
yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding
kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini
dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi.
Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena
kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan
mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi.
Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat
keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama.
Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah
inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak
digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati
mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah
mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang,
tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan
ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir
melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk
mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan
orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok
laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi
inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
BAB
IV
HASIL OBSERVASI
1.
Identifikasi
inovasi
Melihat
banyaknya pengrajin pembuat kripik nenas yang berada di daerah Desa Kualu Nenas
membuat kami ingin mengetahui dari mana asal pembuatan Inovasi tersebut.
a. Keunggulan
dan kelemahan inovasi
Keunggulan dari inovasi ini yaitu keripik nanas dan
nangka menjadi oleh-oleh khas kabupaten Kampar, khususnya Desa Kualu Nenas dan
yang menjadi kelemahan dari inovasi ini yaitu banyaknya saingan dalam penjualan
b. Proses
komunikasi inovasi
c. Asal
Inovasi
Inovasi pembuatan kripik Nenas berasal dari BPTP
yang memberikan pembelajaran pengolahan nenas kepada masyarakat yang kemudian
menjadi kripik.
d. Agen
Pembaharu
Pak Limin merupakan orang pertama yang menjalankan
Inovasi kripik Nenas setelah menerima inovasi tersebut dari BPTP sekaligus
sebagai agen pembaharu
e. Peran
agen pembaru
Pak limin sebagai orang pertama yang mengembangkan
usaha kripik nenas bisa dibilang berhasil dalam menjalankan usaha ini tersebut,
karena dalam kurun waktu 14 tahun menjalankan usaha kripik nenas telah banyak
penghargaan yang di terimanya, baik itu dalam kategori pengusaha maupun produk
yang dihasilkan, kemudian usaha kripik nenas ini juga telah di liput berbagai
media massa, baik cetak maupun elektronik bahkan pamapai pada saluran TV swasta
(Metro TV, Trans TV)
f. Peran
opinion leader
Dalam hal ini bisa dikatakan BPTP yang memegang
peran Opinion Leader yang memberikan inovasi pembuatan keripik Nenas
g. Penerima
inovasi
Penerima inovasinya yaitu masyarakat yang juga
menjalankan usaha yang sama ataupun sebagai konsumen.
h. Saluran
komunikasi yang di gunakan
Saluran komunikasi yang digunakan yaitu saluran
komunikasi interpersonal dimana saluran yang melibatkan tatap muka antara
narasumber dan penerima, antara dua orang atau lebih.
i.
Kategori
keputusan inovasi
Inovasi ini di kategorikan dalam keputusan inovasi
opsional.
j.
Tahapan proses
keputusan inovasi
Dalam pandangan tradisional keputusan inovasi
opsional terdapat 5 tahap:
Ø Tahap
kesadaran, dari pihak BPTB menyadari perlunya inovasi dari bahan baku nenas
pada daerah desa kualu nenas yang banyak nya petani nenas, dimana nenas yang
berukuran kecil dan membusuk di buang begitu saja dan tidak di kelolah.
Ø Tahap
Menaruh minat, bapak limin selaku petani nenas sekaligus nerima inovasi dan
juga agen mebaharu menaruh minat yang besar karna nenas-nenas yang tidak laku
terjual dapat di olah yang mempunyai nilai jual yang lebih mahal.
Ø Tahap
penilaian, peneilaian terhadap inovasi ini sangan positif karena juga mampu
memhasilkan mata pencaharian baru dan juga sangat produktif.
Ø Tahap
pencobaan, dari BPTP turun langsung memberikan pembelajaran kepada masyarakat
kualu nenas dengan langsung membawa alat pengolah dan mengajari langsung cara
membuat keripik nenas kepala masyarakat.
Ø Tahap
penerimaan, bapak limin menerima inovasi tersebut dengan membuka usaha home
industri berkat bersama yang hingga saat ini masih berjalan, bahkan tidak
sebatas pada kripik nenas saja, tatapi inovasi tersebut berkembang dengan
dibuatnya kripik nangka, durian dan manga.
Ø Dampak
yang di timbulkan inovasi tersebut (positif/negative)
Dampak yang di
timbulkan dari inovasi ini yaitu:
Positif, hingga
saat ini banyaknya usaha-usaha rumahan pembuat kripik nenas, yang membantu
perekonomian masyarakat di daerah desa kualu nenas, dan juga dari hasil petani
nenas yang tidak laku terjual dapat di olah menjadi makanan yang bernilai jual
tinggi.
Negative, begitu banyak persaingan dalam memasarkan
produk karena juga banyak yang membuat usaha yang serupa.
k. Apakah
masyarakat akan melanjutkan adopsi inovasi tersebut atau tidak?
Masyarakat di daerah kabupaten Kampar khususnya Desa
Kualu Nenas sangat menerima inovasi ini terlihat pada saat ini begitu banyak
usaha rumahan yang memproduksi kripik nenas.
2.
Visi
Perusahaan Keripik nenas milik pak
Limin ingin menjadi salah satu usaha kecil menengah yang bisa menjadi pemimpin
dalam pasar produksi makanan berbahan dasar nenas oleh-oleh khas kabupaten
Kampar.
3.
Misi
Perusahaan Keripik nenas milik pak
Limin berusaha untuk menyediakan produk
yang inovatif dan variatif dengan kualitas bagus, harga yang bersaing dan
pelayanan yang memuaskan.
4.
Hasil
pengamatan
Pengamatan ini dilakukan pada sebuah usaha pengolahan buah
nenas menjadi keripik ”BERKAT BERSAMA”, berkat bersama merupakan suatu usaha
industri yang memproduksi keripik nenas yang beralamat Jl. Raya
Pekanbaru-Bangkinang Km 25 Kualu Nenas Provinsi Riau, didirikan oleh Bapak Limin
dengan jumlah pekerja sebanyak 6 orang. Berkat
bersama memiliki 2 unit mesin pres serta 3 unit penggorengan. Pemilihan nenas
sebagai bahan baku untuk memproduksi keripik merupakan upaya untuk menciptakan
sebuah inovasi terhadap makanan jenis
keripik ini dan untuk mendapatkan nilai tambah dan meningkatkan kualitas bagi buah nenas. Pada usaha Berkat Bersama masih
terdapat hal yang perlu diperhatikan seperti
penyediaan bahan baku yang dilakukan masih kurang baik karena
terjadi penumpukan bahan baku yang
berlebihan saat musim panen tiba, dan kekurangan bahan baku saat belum memasuki masa panen.
Tata letak
(layout)
Perusahaan pada kondisi sekarang masih kurang tertata
dengan baik, dimana proses penumpukan
buah nenas yang akan di potong berada didepan tempat transaksi jual beli, hal ini tentunya mengganggu
konsumen yang akan membeli produk tersebut. Perusahaan ini hanya memiliki satu
pintu masuk dan keluar menuju ruang produksi, sehingga akan terjadi antrian
jika ada pekerja yang akan keluar dan masuk secara bersamaan selain itu juga
aliran kerja pada proses produksinya tidak memiliki alur yang jelas. Limbah
dari proses pembuatan keripik nenas yang berupa kulit dan inti nenas serta air
sisa perendaman dan penirisan dibuang begitu saja. Selain itu minyak sisa
penggorengan juga tidak termanfaatkan. Penumpukan limbah ini menyebabkan udara
disekitarnya menjadi kurang nyaman, serta tanah tempat pembuangan minyak sisa penggorengan menjadi
gersang. Oleh kerena itu perlu adanya perbaikan dan pemanfaatan limbah-limbah
tersebut.
1)
Bahan Baku
Bahan baku buah nanas yang digunakan oleh usaha ini
sebagian berasal dari kebun pribadi milik bapak Sulaiman seluas 4 hektar, saat
petani nenas telah memasuki masa panen maka pemenuhan bahan baku yang
dibutuhkan untuk produksi akan dapat
terpenuhi tanpa adanya hambatan, dimana perusahaan membutuhkan sekitar 33 kilo
buah nanas segar untuk dapat memenuhi kebutuhan
produksi setiap harinya, namun penanganan yang dilakukan terhadap bahan
baku yang dilakukan oleh Berkat Bersama masih mengalami kendala mengingat nenas
termasuk komoditas buah yang mudah rusak, susut, dan cepat busuk. Penanganannya
yang kurang baik yaitu dengan cara ditumpuk disatu tempat menyebabkan buah
nenas yang berada pada bagian paling bawah rusak atau membusuk, sehingga harus
dibuang. sebaiknya dilakukan pengaturan sistem simpan bahan baku yang
dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara pembuatan rak-rak penyimpanan
dengan ukuran yang dibutuhkan untuk dapat menampung bahan baku produksi guna mengurangi volume
tumpukan sehingga dapat mengurangi beban tumpukan yang dapat merusak buah. Namun bila para petani belum memasuki masa
panen maka perusahaan akan merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku
nenas setiap harinya, dengan kondisi seperti ini perusahaan melakukan pengadaan
bahan baku dari petani lain atau dari luar daerah yang tentunya akan
menimbulkan biaya tambahan dalam pengadaan bahan baku. Dimana dari 4 hektar
lahan yang dimiliki perusahaan hanya mampu menghasilkan 500 kg buah nenas
segar, dengan bobot rata-rata 0,5 kg perbuah, Dalam satu hari Prima Tani
membutuhkan 33 kg buah nenas segar, sehingga
bahan baku hanya dapat mencukupi bahan baku produksi selama 16 hari, dan
mengalami kekurangan sebanyak 462 kg atau sekitar 924 buah nenas segar untuk
memenuhi bahan baku produksi selama 14 hari kemudian. Untuk menutupi kekurangan
tersebut prima tani membeli nenas segar dari
petani lain dengan harga Rp 3.000 perbuah, sehingga akan menambah pengeluaran untuk bahan baku sebesar Rp
2.772.000, disini dapat kita ketahui
bahwa tidak maksimalnya pengelolaan lahan perkebunan, karena dengan
lahan 4 hektar dan dengan jarak tanam yang baik serta dengan pemupukan dan
perawatan yang baik dalam satu bulan dapat menghasilkan 900-1200 kg dan dengan
bahan baku sebanyak 900-1200 kg Prima
Tani dapat memenuhi kebutuhan bahan baku setiap bulannya tanpa harus melakukan
pembelian bahan baku dari tempat lain, sehingga perlu dilakukannya perbaikan
pada pengelolaan lahan, baik itu sistem tanam, perawatan, hingga penanganan
masa panen, sehingga dapat mencukupi kebutuhan bahan baku keripik nenas setiap
harinya.
2)
Kegiatan
Produksi
Proses produksi Pembuatan keripik nenas yang dilakukan
oleh prima tani melalui beberapa tahap yaitu:
a. Mengupas buah segar nenas dari
kulitnya yang masih dilakukan secara manual menggunakan pisau oleh operator ,
selanjutnya nenas yang telah dikupas dipotong-potong secara manual oleh
operator menggunakan pisau menjadi
potongan tipis sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
b. Dilakukan proses pencucian dan
perendaman dengan campuran air garam dan soda sekitar 10 menit dan ditiriskan
menggunakan keranjang,
c. Kemudian potongan buah nenas yang
telah dicuci bersih digoreng dengan
facuum fryingselama
4 jam,
d. Kemudian di dinginkan dengan cara
diletakkan di atas meja dan diratakan, setelah dingin dilakukan proses
pengepakan dengan menggunakan plastik untuk kemudian dipasarkan, dan sisa dari
kegiatan produksi hanya dibuang begitu
saja dan tidak dimanfaatkan lagi. Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita lakukan beberapa
perbaikan atau penyesuaian kegiatan
produksi guna meningkatkan kemampuan produksi
perusahaan, dan mengurangi dampak-dampak negatif yang ditimbulkan.
Penyesuaian proses produksi yang dilakukan diantaranya pada proses pemotongan
yang masih dilakukan secara manual, sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
mesin pemotong untuk dapat mempersingkat waktu pemotongan dan dapat mengurangi
jumlah operator yang bertugas memotong buah nenas. Kemudian penyesuaian
selanjutnya dilakukan pada kegiatan penirisan, yang ditiriskan menggunakan
keranjang rotan, sebaiknya dilakukan penirisan dengan menggunakan mesin
spinner
yang akan dapat mengurangi kandungan air yang terdapat pada buah sehingga
proses penggorengan akan dapat berlangsung lebih cepat, dan hal ini akan dapat
mengurangi jumlah kandungan air yang tercampur dengan minyak sehingga akan
lebih aman bila langsung dibuang, yang mana bila dibandingkan dengan proses
sebelumnya yang dilakukan (4 jam) waktu pematangan keripik akan dapat
berlangsung hanya dengan waktu 2-3 jam, yang tentunya akan lebih menghemat
waktu penggorengan dan bahan bakar yang digunakan, yang tentunya juga akan
meningkatkan kemampuan produksi.
3) Limbah
Sisa
hasil produksi yang berupa “mata dan inti” dari nenas dibuang begitu saja di
alam, hal ini mengakibatkan udara disekitar tempat tersebut menjadi tidak
nyaman, semakin lama penumpukan limbah ini akan semakin banyak, guna mengatasi
dampak lingkungan dari sisa hasil produksi, kita dapat melakukan pengolahan
terhadap sisa hasil produksi yaitu berupa bagian “mata dan inti” nenas yang
dapat kita olah menjadi produk “Nata De Pina”, yang memiliki nilai jual yang
cukup tinggi, dengan demikian tentunya akan dapat mendatangkan pendapatan
tambahan bagi perusahaan. Disamping itu juga penumpukan akan limbah yang
menyebabkan tercemarnya udara dapat di minimalkan dengan adanya pengolahan
ataupun pemanfaatan akan limbah tersebut. Sisa produksi yang lainnya yaitu
berupa minyak bercampur air. Limbah ini dibuang ketanah, dengan demikian tanah
tempat pembuangan limbah ini menjadi gersang. Oleh sebab itu air yang bercampur
minyak sisa penggorengan sebelum dibuang harus dilakukan pemisahan antara air
dengan minyak yang ada sehingga air dapat dibuang dengan aman tanpa harus
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, serta minyak sisa penggorengan
setelah dilakukan pemisahan dapat kita manfaatkan sebagai bahan untuk
menggoreng lagi dengan demikian peresahaan akan dapat mengurangi biaya
produksi.
4) Pemasaran
Hasil
produksi yang dihasilkan oleh prima tani sebagian besar keripik nenas yang
dihasilkan dijual melalui HIPMARI (Himpunan Makanan Riau), dan ada juga yang langsung dijual pada konsumen,
dengan harga jual Rp 60.000 /kg (distributor) dan Rp 100.000 /kg
(konsumen). Harga pokok produksi yang dikeluarkan setiap harinya dapat kita
hitung dengan metode full costing
yang
terdiri dari unsur biaya produksi sebagai berikut:
Biaya bahan baku = Rp 521.000
Biaya
tenaga kerja langsung = Rp 210.000
Biaya
overhead pabrik = Rp 50.000
Harga
pokok produksi =Rp 781.000 perhari
Berdasarkan
hasil perhitungan diatas dapat kita ketahui Berkat Bersama akan mendapatkan
Margin
sebesar Rp 719.000 /hari dan Rp 21.570.000 /bulan bila produk langsung
dijual pada konsumen tanpa harus melalui distributor, margin yang didapat oleh
perusahaan sebesar Rp 119.000 /hari dan Rp 3.570.000 /bulan bila produk
dijual kepada distributor. Oleh karena itu sebaiknya Prima Tani mulai melakukan
pengembangan kegiatan pemasaran secara langsung kepada konsumen untuk dapat
meningkatkan pendapatan setiap bulannya.
5) Layout
Tata letak perusahaan perlu dilakukan perbaikan agar
masalah-masalah seperti proses penumpukan buah nenas yang akan di potong berada
didepan tempat transaksi jual beli dan pintu keluar masuk pekerja ke ruang
produksi hanya satu. Perbaikan yang dilakukan yaitu tempat penumpukan buah
nenas dan tempat pemotongan sebaiknya berada di ujung depan perusahaan
supaya tidak mengganggu konsumen yang datang. Selanjutnya perlu adanya
penambahan pintu masuk didepan tempat pemotongan supaya tidak terjadi antrian
ketika ada pekerja akan masuk dan keluar dalam waktu yang bersamaan dan buah
nenas yang siap proses lebih dekat dari ruang produksi serta alur
perjalanan proses kerjanya jelas dari awal hingga produk siap untuk dipasarkan.
BAB V
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Home
industri BERKAT BERSAMA merupakan usaha rumahan yang menghasilkan inovasi
kripik nenas, yang pada awalnya nenas yang tidak laku terjual dan yang berukuran
kecil terbuang begitu saja, namun dengan inovasi ini nenas-nenas tersebut mampu
di olah menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi, dan merupkan oleh-oleh
khas Desa Kualu Nenas kabupaten Kampar. Tidak hanya berhenti di situ, inovasi
ini juga berkembang pada buah-buahan yang lain, seperti kripik nangka, durian
dan juga mangga.
2.
Saran
Adanya
inovasi-inovasi yang terus dikembangkan dari Home Industri Berkat Bersama, dan
pemasaran yang lebih di tingkatkan lagi agar produk kripik bisa di kenal lebih
luas lagi, karena menurut kami keripik Nenas ini mempunyai potensi yang besar
untuk di pasarkan hingga tingkat nasional.
3.
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Www.negeribadri.com
2. Rogers, Everett, M. (2003). Diffusions of
Innovations; Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher
3.
Bryan, Jennings, & Thompson, Susan .(2002). Fundamentals
of Media Effects
4.
Turner, West. (2007). Introducing Communication
Theory; Analysis and Application, Third Edition;McGraw Hill
5.
Rogers, Everett, M., “Diffussion of Innovation”, (Canada: The Free Press of
Macmillan Publishing Co.,
6.
Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely, “International Encyclopedia of Educational
Technology”, (Cam-bridge, UK: Elsevier Science Ltd.,
7. Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia.
Rajawali Pers. Jakarta.
8. Rogers, E. M (Ed), Komunikasi dan Pembangunan:
Perspektif Kritis. LP3S. Jakarta.
9.
Rogers, Everett M. dan F. Floyd Shoemaker. Communication of Innovations.
Terjemahan Abdillah Hanafi Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional.
Surabaya.
No comments:
Post a Comment