Monday, May 11, 2015
SEJARAH HUKUM ISLAM
Assalamualaikum, Saya akan sedikit membahas tentang syari'at islam atau di kenal dengan hukum islam
Syariat Islam (Arab: شريعة إسلامية Syariat Islamiyyah) adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.
di bawah ini adalah pembahasan yang saya bahas semasa dalam perkuliahan saya,
Sejarah Hukum Islam
simak di sini kalau ingin lebih jelasnyaSumber hukum islam wikipedia
Label:Artikel
ISLAMI

Makalah Psikologi Umum
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Penulisan makalah ini dilatar belakangi karena
kita perlunya memahami pemahaman tentang konsep diri dan kedudukannya dalam
kehidupan sehari dan hari.konsep diri adalah manusia adalah mahluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi.manusia selalu
berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.keseimbangan yang
dipertahankan oeh setiap individu untuk dapat menyesuaikn diri dengan lingkungannya.
Konsep
diri belum ada saat dilahirkan,tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi
dirinya.dipelajari melalui kontak sosial
dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.pandangan individu tentang
dirinya di pengaruhi oleh bagaimana individu.
B.Rumusan Masalah
Dari beberapa masalah yang dibahas kami dapat
merumuskan sebagai berikut :
1.Apa defenisi
pengertian dari diri ?
2.Apa defenisi pengertian dari konsep diri ?
3.Apa defenisi pengertian dari perkembangan diri ?
C.TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk
mengetahui pengertian diri .
2.Untuk
mengetahui pengertian konsep diri.
3.Untuk
mengetahui pengertian perkembangan diri.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Definisi diri
Setiap orang memiliki identitas. Identitas ini dipakai untuk mengambarkan
dan mengenalkan diri kepada orang lain. Identitas ini dapat berbentuk
demografis dan psikografis.
Bebarapa contoh di antaranya adalah: “Saya asli orang Jawa Tengah”, “Saya
orang yang paling gemuk di antara teman-teman saya”, “Saya tinggal di
lingkungan yang penuh dengan orang-orang yang profesinya berdagang”,
“Saya beruntung pernah tinggal dan bersekolah studi di Amerika”, “Saya orang
yang sabar”, atau “Saya merasa belum pernah melakukan hal penting bagi banyak
orang.”
Bila Anda berulangkali menyatakan identitas tersebut, tanpa Anda sadari,
hal tersebut jadi bagian dari sistem kepercayaan (belief system) diri
Anda. Ini tentu bisa juga datang dari luar diri Anda, dari orang lain yang
berpendapat atau mendeskripsikan sesuatu yang mereka kenali dari diri Anda.
Bila ini terjadi terus-menerus maka lama-kelamaan akan terbit keyakinan dalam
diri Anda bahwa Anda adalah seperti yang Anda atau orang lain
ceritakan/katakan.
Bila
identitas itu positif, banyak akibat yang menguntungkan Anda. Mungkin ada yang
senang berada di dekat Anda karena Anda seorang yang "lucu",
"penyemangat", "penggerak". Namun, bila negatif seperti:
pemalu, pemarah, mudah menyerah, kurang teliti, atau kurang sabar; maka mungkin
Anda akan banyak kehilangan kesempatan yang menguntungkan.
2. Pengertian Konsep Diri dalam
Ilmu Psikologi
Konsep diri
merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia,
sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari
konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri
seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang
yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan
yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu
yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia
miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu
memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
Pandangan
dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang
dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu
hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah
karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa
ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri
adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain
berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu
bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat
tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat
diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain
yang mengenal dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau
ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu
tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan
dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak
langsung individu telah menilai dirinya sendiri.
Penilaian
terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai
dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik
atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.
Konsep diri
ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka
sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional,
aspirasi dan prestasi.
Menurut
William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9)
mengemukakan konsep diri tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri
sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai
pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri
didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian
seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi
kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu
Konsep diri
merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau
dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu
berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi
dirinya.
Dari
beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya,
yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik
dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Dalam hal pengertian konsep diri yang masih sangat banyak dan akan dikemukakan beberapa pendapat dari pakar atau ahli dalam ilmu psikologi, antara lain sebagai berikut:
Dalam hal pengertian konsep diri yang masih sangat banyak dan akan dikemukakan beberapa pendapat dari pakar atau ahli dalam ilmu psikologi, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut pendapat Calhoun
dan Acoccela (1990) pengertian konsep diri adalah cara pandang individu terhadap
dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri
merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri
menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi.
2. Menurut pendapat Stuart
dan Sundeen (dalam Dacey dan Kenny, 1997) pengertian konsep diri adalah semua
ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan
bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa,
maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir
bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa
dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap
aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku
individu (Calhoun dan Acoccela, 1990).
Singkatnya, Calhoun dan Acoccela mengartikan konsep diri sebagai
gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental.
Konsep diri dapat didefinisikan
sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana
individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan
pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan
penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri
sebagai manusia yang diharapkan.
Perkembangan Konsep Diri
merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya.
Perkembangan
konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai
aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri yang
positif.
1.Bayi
Apa yang
pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah mendapatkan perawatan primer dan
hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh
orang tua atau orang lain. Kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan
memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan
motorik dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami
kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh
kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh.
2. Anak Usia Bermain
Anak-anak
beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri
mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan
melakukan tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi
gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui
keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa
ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap
umpan balik keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka
hargai. Penghargaan dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga
sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif pada masa
ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai orang
dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
4. Anak usia sekolah
Pada masa
ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari teman sebaya dan guru. Dengan
anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak
didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual.
Tubuh anak berubah, dan identitas seksual
menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi
konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep
diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karna anak terus berubah
secara fisik, emosional, mental dan sosial.
5. Masa remaja
Masa remaja
membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual,
perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan
yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor penting
dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan
konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas.
Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa
kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka.
Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk.
Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapakan
rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa
dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang
hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk
menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai
melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi
relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
7. Usia dewasa tengahKonsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
Usia dewasa
tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut
memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan
dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra
tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia
tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan
mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia
dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk
kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.
8. Lansia
Perubahan
pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi
penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa lansia
dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup.
Masa lansia adalah waktu dimana orang
bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan
dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang
diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif
sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
Lebih lanjut
Cooley (dalam Partosuwido, 1992) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai-nilai, sikap, peran, dan identitas
dalam hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer,
misalnya keluarga. Hubungan tatap muka dalam kelompok primer tersebut mampu
memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain
terhadap dirinya. Dalam proses perkembangannya, konsep diri individu
dipengaruhi dan sekaligus terdistorsi oleh penilaian dari orang lain (Sarason,
1972).
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa proses
pertumbuhan dan perkembangan individu menuju kedewasaan sangat dipengaruhi oleh
lingkungan asuhnya karena seseorang belajar dari lingkungannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kata lingkungan berasal dari kata lingkung yang berarti sekeliling, sekitar dan diberi imbuhan -an. Jadi, lingkungan memiliki arti seluruh area yang terlingkung dalam suatu batasan tertentu. Sedangkan kata asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) dan memimpin (membantu dan melatih) orang supaya dapat berdiri sendiri. Bisa dikatakan bahwa lingkungan asuh adalah seluruh area yang terlingkung dalam suatu batas tertentu yang berfungsi merawat, mendidik, membantu, dan melati seseorang agar bisa berdiri sendiri
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kata lingkungan berasal dari kata lingkung yang berarti sekeliling, sekitar dan diberi imbuhan -an. Jadi, lingkungan memiliki arti seluruh area yang terlingkung dalam suatu batasan tertentu. Sedangkan kata asuh berarti menjaga (merawat dan mendidik) dan memimpin (membantu dan melatih) orang supaya dapat berdiri sendiri. Bisa dikatakan bahwa lingkungan asuh adalah seluruh area yang terlingkung dalam suatu batas tertentu yang berfungsi merawat, mendidik, membantu, dan melati seseorang agar bisa berdiri sendiri
Menurut
Hurlock (1968), individu belum mampu membedakan antara diri dengan yang bukan
diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap bisa membedakan antara dunia
luar dengan dirinya ketika berusia 6-8 bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia
mulai mampu mengidentifikasikan dirinya dalam berbagai dimensi kategori,
seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda, warna kulit, dan
sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport (Sarason, 1972) dengan istilah early
self. Pada tahap ini individu mengembangkan perasaan tubuh-”ku” dan perasaan
atas identitas diri. Kemudian, individu mulai punya kemampuan untuk memandang
ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orang lain.
Bisa
dikatakan bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri
psikologis. Konsep diri fisik berubah seiring dengan pertumbuhan tubuh. Hal ini
berhubungan dengan perkembangan kognitif individu yang baru sampai pada tahap
konkrit. Sedangkan pada perkembangan selanjutnya konsep diri psikologis
terbentuk ketika individu mulai menyadari kemampuan dan ketidakmampuannya,
keinginan dan kebutuhannya, tanggung jawab, peran, dan aspirasinya.
Individu
mengembangkan konsep dirinya dengan cara menginternalisasikan persepsi
orang-orang terdekat dalam memandang dirinya. Jika individu memperoleh
perlakuan yang penuh kasih sayang maka individu akan menyukai dirinya.
Seseorang akan menyukai dirinya jika orang tua
memperlihatkan penilaian yang positif terhadap si individu. Ungkapan seperti
“Anakku pintar” membuat anak memandang dirinya secara positif dibandingkan
dengan nama panggilan “Si pesek”. Sebaliknya, jika individu mendapatkan hukuman
dan situasi yang tidak menyenangkan maka individu akan merasa tidak senang pada
dirinya sendiri.
Selanjutnya, Bee (1981) mengungkapkan bahwa pada usia sekolah, dimensi kategori tersebut menjadi semakin kompleks sejalan dengan semakin meluasnya lingkup sosialisasi individu. Umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini oleh Allport (Sarason, 1972) disebut dengan tahap perkembangan diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.
Selanjutnya, Bee (1981) mengungkapkan bahwa pada usia sekolah, dimensi kategori tersebut menjadi semakin kompleks sejalan dengan semakin meluasnya lingkup sosialisasi individu. Umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini oleh Allport (Sarason, 1972) disebut dengan tahap perkembangan diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.
Pada masa
remaja, individu mulai menilai kembali berbagai kategori yang telah terbentuk
sebelumnya dan konsep dirinya menjadi semakin abstrak. Penilaian kembali
pandangan dan nilai-nilai ini sesuai dengan dengan tahap perkembangan kognitif
yang sedang remaja, dari pemikiran yang bersifat konkrit menjadi lebih abstrak
dan subjektif. Piaget mengatakan bahwa remaja sedang berada pada tahap formal
operasional, individu belajar untuk berpikir abstrak, menyusun hipotesis,
mempertimbangkan alternatif, konsekuensi, dan instropeksi (Fuhrmann, 1990).
Menurut
Hollingworth (dalam Jersild, 1965) masa remaja merupakan masa terpenting bagi
seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-nilai yang
berlaku dan yang akan mereka capai di dalamnya. Individu harus mulai belajar
untuk mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa depan, dan khususnya mulai
memilih jenis pekerjaan yang akan digeluti secara rasional (Allport dalam
Sarason, 1972).
Perkembangan kognitif yang terjadi selama masa remaja membuat individu melihat dirinya dengan pemahaman yang berbeda. Kapasitas kognitif seperti itu didapatkan selama melakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang dipahami sebagai perubahan diri yang disebabkan oleh perubahan fisik secara kompleks dan perubahan sistem sosial.
Perkembangan kognitif yang terjadi selama masa remaja membuat individu melihat dirinya dengan pemahaman yang berbeda. Kapasitas kognitif seperti itu didapatkan selama melakukan pengamatan terhadap perubahan-perubahan yang dipahami sebagai perubahan diri yang disebabkan oleh perubahan fisik secara kompleks dan perubahan sistem sosial.
Fuhrmann
(1990) mengungkapkan bahwa pada masa ini individu mulai dapat melihat siapa
dirinya, ingin menjadi seperti apa, bagaimana orang lain menilainya, dan
bagaimana mereka menilai peran yang mereka jalani sebagai identitas diri.
Bisa dikatakan bahwa salah tugas penting yang harus dilakukan remaja adalah mengembangkan persepsi identitas untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan “Siapakah saya ?” dan “Mau jadi apa saya ?”. Tugas ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973) bahwa pada masa remaja konsep diri merupakan inti dari kepribadian dan sangat mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri tersebut bukan merupakan proses yang langsung jadi, melainkan sebuah proses berkesinambungan. Konsep diri mulai terbentuk sejak masa bayi di saat individu mulai menyadari keberadaan fisiknya sampai ketika mati di saat individu sudah banyak memahami dirinya, baik secara fisik maupun psikologis.
Bisa dikatakan bahwa salah tugas penting yang harus dilakukan remaja adalah mengembangkan persepsi identitas untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan “Siapakah saya ?” dan “Mau jadi apa saya ?”. Tugas ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1973) bahwa pada masa remaja konsep diri merupakan inti dari kepribadian dan sangat mempengaruhi proses perkembangan selanjutnya.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri tersebut bukan merupakan proses yang langsung jadi, melainkan sebuah proses berkesinambungan. Konsep diri mulai terbentuk sejak masa bayi di saat individu mulai menyadari keberadaan fisiknya sampai ketika mati di saat individu sudah banyak memahami dirinya, baik secara fisik maupun psikologis.
Kesimpulannya,
konsep diri yang berupa totalitas persepsi, pengharapan, dan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang
nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan
yang diemban.
Aspek-aspek dalam Konsep DiriKonsep diri sendiri merupakan kombinasi dari berbagai aspek, yaitu citra diri, intensitas afektif, evaluasi diri, dan predisposisi tingkah laku (Burns, 1979). Sedangkan menurut (Fuhrmann, 1990) konsep diri ini meliputi keseluruhan persepsi diri individu dan penilaiannya terhadap diri pribadi, baik secara fisik, seksual, kognitif, moral, mengenai kemampuannya, nilai-nilai, kompetensi, penampilan, motivasi, tujuan, dan emosi.
Selain itu, masih ada beberapa landasan lain dalam pengungkapan aspek konsep diri. Widjajanti (1996) menggunakan teori kebutuhan Maslow sebagai landasan penyusunan angket konsep diri. Seperti yang dikutip oleh Widjajanti, sesuai dengan teori kebutuhan dari Maslow tersebut, dalam konsep diri terdapat beberapa aspek, yang meliputi :
1. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan lain sebagainya.
2. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
3. Aspek sosial, meliputi peranan sosial yang dimainkan individu atau kemampuan dalam berhubungan dengan dunia luar dan penilaian individu terhadap peran tersebut.
4. Aspek moral, meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang. Arti dan nilai moral, misalnya hubungan manusia dengan Tuhan, perasaan jadi orang “baik atau berdosa”, dan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap agama yang di anut.
Bisa
dikatakan bahwa konsep diri bukan merupakan suatu kesatuan ataupun generalisasi
dari pikiran-pikiran tetapi mencakup bermacam-macam gambaran tentang diri,
mulai dari bidang kognitif sampai dengan secara keseluruhan. Dapat diperjelas
pada pengertian aspek-aspek dari berbagai bidang sebagai berikut:
1. Aspek kognitif, meliputi
gambaran yang menyangkut daya ingat, kemampuan mengolah data, kemampuan matematika, verbal,
dan akademik secara umum.
1. Aspek emosi, meliputi ketrampilan individu terhadap pengelolaan impuls dan irama perubahan emosinya.
2. Aspek keluarga, meliputi arti keberadaan diri di dalam keluarga, hubungan dalam keluarga dan
3. Aspek diri secara keseluruhan, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
1. Aspek emosi, meliputi ketrampilan individu terhadap pengelolaan impuls dan irama perubahan emosinya.
2. Aspek keluarga, meliputi arti keberadaan diri di dalam keluarga, hubungan dalam keluarga dan
3. Aspek diri secara keseluruhan, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
2. .Kombinasi dari
keseluruhan aspek tersebut adalah gambaran mengenai diri seseorang, baik
persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya.
Beberapa
Aspek-aspek konsep diri menurut para ahli psikologi sebagai berikut :
Staines menjelaskan ada tiga aspek dalam konsep diri (Burns, 1993 : 81), yaitu :
Staines menjelaskan ada tiga aspek dalam konsep diri (Burns, 1993 : 81), yaitu :
a. Konsep diri dasar. Aspek
ini merupakan pandangan individu terhadap status, peranan, dan kemampuan
dirinya.
b. Diri sosial. Aspek ini
merupakan diri sebagaimana yang diyakini individu dan orang lain yang melihat
dan mengevaluasi.
c. Diri ideal. Aspek ini
merupakan gambaran mengenai pribadi yang diharapkan oleh individu, sebagian
berupa keinginan dan sebagian berupa keharusan- keharusan.
Hurlock mengemukakan bahwa konsep diri memiliki dua aspek (1999 : 237),
yaitu :
a. Fisik. Aspek ini meliputi
sejumlah konsep yang dimiliki individu mengenai penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin,
arti penting tubuh, dan perasaan gengsi di hadapan orang lain yang disebabkan
oleh keadaan fisiknya. Hal penting yang berkaitan dengan keadaan fisik adalah
daya tarik dan penampilan tubuh dihadapan orang lain. Individu dengan
penampilan yang menarik cenderung mendapatkan sikap sosial yang menyenangkan
dan penerimaan sosial dari lingkungan sekitar yang akan menimbulkan konsep yang
positif bagi individu.
b. Psikologis. Aspek ini
meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti rasa
percaya diri, harga diri, serta kemampuan dan ketidakmampuannya. Penilaian
individu terhadap keadaan psikis dirinya, seperti perasaan mengenai kemampuan
atau ketidakmampuannya akan berpengaruh terhadap rasa percaya diri dan harga
dirinya. Individu yang merasa mampu akan mengalami peningkatan rasa percaya
diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan tidak mampu akan merasa
rendah diri sehingga cenderung terjadi penurunan harga diri.
Menurut Berzonsky
bahwa aspek konsep diri (Sandhaningrum, 2009) adalah
a. Aspek fisik, yaitu
bagaimana penilaian individu terhadap segala sesuatu bayang terlihat secara
fisik yang dimilikinya seperti tubuh, kesehatan, pakaian penampilan.
b. Aspek sosial, yaitu
bagaimana peranan sosial yang perankan individu mencakup hubungan antara
individu dengan keluarga dan individu dengan lingkungan.
c. Aspek moral, merupakan
nilai dan prinsip yang memberi arti dan arah dalam kehidupan individu dan
memandang nilai etika moral dirinya seperti kejujuran, tanggungjawab atas
kegagalan yang dialaminya, religiusitas serta perilakunya.
Apakah
perilaku dalam menjaga kebersihan organ reproduksi sesuai dengan norma yang ada
dan tidak mengganggu kepentingan masyarakat sekitar.
d. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
d. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
Berdasarkan
pendapat para ahli, mengenai aspek-aspek konsep diri dalam ilmu psikologi dapat
disimpulkan bahwa konsep diri memiliki berbagai aspek yang mempengaruhi setiap
individu seiring berjalannya waktu dalam mengembangkan konsep diri seseorang
yang ada dalam proses kehidupan .
Peranan Konsep Diri Dalam Menentukan Perilaku
Konsep diri
mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu
memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh
perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara
individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang
dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas,
maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang
memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan
ketidakmampuan dalam perilakunya. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan peranan
penting konsep diri dalam menentukan perilaku.
Pertama,
konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan keselarasan batin. Alasan
ini berpangkal dari pendapat bahwa pada dasarnya individu berusaha
mempertahankan keselarasan batinnya. Apabila timbul perasaan, pikiran atau
persepsi yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi
situasi psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan
ketidakselarasan tersebut, individu akan mengubah perilakunya.
Kedua,
seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
individu tersebut menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan di tafsirkan
secara berbeda antara individu yang satu dengan lainnya karena masing-masing
individu mempunyai sikap dan pandangan berbeda terhadap diri mereka.
Singkatnya, sikap dan pandangan seseorang yang bersifat negative terhadap diri
sendiri menyebabkan individu memandang seluruh hidup dengan muka masam, dan
sikap serta pandangan yang bersifat positif terhadap dirinya sendiri
menyebabkan individu memandang seluruh hidupnya dengan tersenyum.
Rogers
(dalam Burns, 1993:353) menyatakan bahwa konsep diri memainkan peranan yang
sentral dalam tingkah laku manusia, bahwa semakin besar kesesuaian di antara
konsep diri dan realitas semakin berkurang ketidakmampuan diri orang yang
bersangkutan dan juga semakin berkurang perasaan tidak puasnya. Hal ini karena
cara individu memandang dirinya akan tampak dari seluruh perilakunya. Konsep
diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, penafsiran pengalaman dan
menentukan harapan individu. Konsep diri mempunyai peranan dalam mempertahankan
keselarasan batin karena apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak
seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang
tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut, ia akan
mengubah perilakunya sampai dirinya merasakan adanya keseimbangan kembali dan
situasinya menjadi menyenangkan lagi.Hurlock (1990:238) mengemukakan, konsep
diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan
mempengaruhi berbagai bentuk sifat.
Jika konsep
diri positif, anak akan mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri,
harga diri dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realitas, sehingga akan
menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya apabila konsep diri
negatif, anak akan mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Mereka
merasa ragu dan kurang percaya diri, sehingga menumbuhkan penyesuaian pribadi
dan sosial yang buruk pula. Konsep diri juga dikatakan berperan dalam perilaku
individu karena seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya akan
mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan setiap aspek
pengalamanpengalamannya. Suatu kejadian akan ditafsirkan secara berbeda-beda
antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena masing-masing
individu mempunyai pandangan dan sikap berbeda terhadap diri mereka.
Tafsiran-tafsiran
individu terhadap sesuatu peristiwa banyak dipengaruhi oleh sikap dan pandangan
individu terhadap dirinya sendiri. Tafsiran negatif terhadap pengalaman
disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri, begitu
pula sebaliknya. Selanjutnya konsep diri dikatakan berperan dalam menentukan
perilaku karena konsep diri menentukan pengharapan individu.
Menurut beberapa ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.
Menurut beberapa ahli, pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Pengharapan merupakan tujuan, cita-cita individu yang selalu ingin dicapainya demi tercapainya keseimbangan batin yang menyenangkan.
Menurut
Rakhmat (2005:104) konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya. Misalnya bila seorang individu berpikir bahwa dia
bodoh, individu tersebut akan benarbenar menjadi bodoh. Sebaliknya apabila
individu tersebut merasa bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengatasi
persoalan, maka persoalan apapun yang dihadapinya pada akhirnya dapat diatasi.
Ini karena individu tersebut berusaha hidup sesuai dengan label yang diletakkan
pada dirinya.
Dengan kata
lain sukses komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep
diri seseorang, positif atau negatif.
3.Konsep
Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu
terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam
penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan
masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan
diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental, dan emosional
dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan
berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah. Penyesuaian yang
sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam keadaan seimbang
antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan yang tidak
terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan normal. Namun,
penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus
menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian yang sehat
ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap linkungan.
Pengertian Penyesuaian Diri
Apakah Penyesuaian diri itu?
Penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu
agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan
bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang
menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Penyesuaian diri
merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental
individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai
kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri,
baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada
umumnya.
Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami
stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian
diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut :
1.
Penyesuaian berarti adaptasi; dapat
mempertahankan eksistensinya, atau bisa survive dan memperoleh
kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial.
2.
Penyesuaian dapat juga diartikan
sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau
prinsip.
3.
Penyesuaian dapat diartikan sebagai
penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi
respon – respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik,
kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan
menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekkuatt/ memnuhi syarat.
4.
Penyesuaian dapat diartikan
penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah
secara positifmemiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyesuaian diri adalah
usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada
lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Konsep diri
merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia,
sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari
konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis
yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang
lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian
tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk
membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
Label:Artikel
MAKALAH

Subscribe to:
Posts (Atom)