SAYA MOHON MAAF JIKA DI DALAM BLOG SAYA TERDAPAT KESALAHAN DAN KEKURANGAN DALAM MEYAMPAIKAN KARNA SAYA JUGA MANUSIA YANG TIDAK LEPAS DARI KESALAHAN BAGI PENGUNJUNG MOHON KRITIK DAN SARANNYA UNTUK SAYA

Friday, April 24, 2015

MAKALAH JURNALISTIK





KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim,Segala Puji bagi Allah Swt yang telah menurunkan Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Rahmat dan salam-Nya semoga selalu tercurah kepada rasul-nya pembawa risalah Al-qur’an,juga pada keluarga.Para sahabat dan segenap pengikut beliau yang setiap ada ajaran Al-qur’an dan sunnahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SEJARAH PRES DUNIA” Pada kesempatan ini Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih kepada:

a.       Allah Swt Yang Memberikan Rahmat serta inayah-Nya.
b.      Orang Tua Yang selalu memberi dorongan baik moril maupun materil. Serta,
c.       Bapak Musfialdi M,SI Selaku Dosen Pembimbing Materi.

Akan tetapi, dari tersusuNnya Makalah ini, tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, Pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, untuk perubahan, Serta pemahaman-pemahaman yang bersifat membangun dimasa yang akan datang .
Dan Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, Untuk itu kami ucapkan TERIMA KASIH…….



                                                                                                            Pekanbaru,         Mei  2014

                                                                                                                    Penulis



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..   i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….    ii

BAB I               : PENDAHULUAN
1.1        Tinjauan Teoritis…………………………………………..……..     1
1.2        Rumusan Masalah……………………………………………….      1
1.3        Tujuan……………………………………………………………     1
BAB II              : PEMBAHASAN
2.1     Defenisi Pers………………………………………..……………     2
2.2     Sejarah Pers Dunia………………………………………………      3
2.3     Perkembangan Pers Dunia………………………………………      5
2.4     Sembilan Elemen Jurnalistik…………………………………......     9
2.5     Tokoh Pers Dunia…………………………………………………   12
BAB III            : PENUTUP
3.1     Kesimpulan………………………………………………………… 13
3.2     Kritik dan Saran……………………………………………………  14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...           15








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  TINJAUAN TEORITIS
Dalam dunia ini perkembangan dunia pers sangatlah pesat dan sangatlah tidak terbendung. Dibelahan Negara manapun terdapat pers, yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan informasi, yang dapat diakses secara cepat dan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak.
Pers tidak muncul begitu saja tanpa ada sebab dan histori. Tentunya lahirnya sesuatau dilatar belakangi oleh suatu histori. Dalam artikel ini saya akan Memaparkan Makalah yang berjudul “Sejarah Pres Dunia”Didalam Makalah ini akan dijelaskan beberapa perkembangan di dunia pers disertai dengan teori yang mendasari akan perkembangan perkembangan tersebut.

1.2  RUMUSAN MASALAH
a.       Apakah yang dimaksud tentang pers?
b.      Bagaimanakah perkembangan pers di Dunia?
c.       Siapa Tokoh Pres Dunia?

1.3  TUJUAN
a.       Agar mengetahui bagaimana pengertian pers yang sebenarnya.   
b.       Untuk bisa dipahami bagaimana perkembangan pers dunia ,serta Perkembangan Pers dari Masa ke Masa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  DEFENISI PERS
        Media massa atau pers adalah suatu istilah yan mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahklan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini disingkat menjadi media. Pengertian Pers Secara etimologis, kata pers atau press (dalam Bahasa Inggris) artinya menekan atau mengepres. Isitlah ini merujuk pada alat dari besi atau baja yang di antara dua lembar besi tersebut diletakkan suatu barang. Kata pers berkaitan dengan upaya menertibkan sesuatu dengan upaya menertibkan sesuatu melalui cara mencetak. Proses produksinya adalah dengan cara memakai tekanan (pressing). Menurut Lesikow, komunikasi pers memiliki arti sebagai berikut:
a. Usaha percetakan atau penerbitan
b. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
c. Penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio, dan televise
d. Orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita
e. Media penyiaran berita yakni surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Terdapat dua pengertian tentang pers:
a.       Pers dalam arti sempit: adalah media cetak yang mencakup surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan bulletin-buletin pada kantor berita.
b.      Pers dalam arti luas: mencakup semua media komunikasi yaitu media cetak, media audio, media audiovisual, dan media elektronik. Contohnya radio, televisi, film, internet.

2.2  SEJARAH PERS DUNIA
Kegiatan jurnalistik/pers awalnya terjadi sekitar 3000 tahun lalu, ketika raja Firaun di Mesir, Amenthop II, mengirim ratusan pesan kepada para perwiranya di berbagai provinsi, yang berisi informasi tentang hal-hal yang terjadidi ibukota kerajaan itu. Namun, media pertama yang terbentuk barang cetakan disebut Acta Diurna (catatan harian) di Roma dan Gazetta di Venesia yang masih berbentuk newssheet, yaitu kertas-kertas lepas yang digantungkan. Isi Acta Diurna berupa informasi dari pusat pemerintahan Romawi kepada rakyatnya sekitar tahun 59 SM. Informasi itu dipasang di Forum Romanum (Stadion Romawi) agar diketahui rakyat. Sedangkan berbagai undang-undang, peraturan, dan tata tertib yang disahkan senat negeri tersebut diumumkan di depan gedung senat Romawi dan disebut Acta Senatus. Informasi keagamaan diumumkan Imam Agung di papan halaman gereja dengan namaAnales, sedangkan orang-orang yang menyebarluaskan hal itu disebut diurnalis.
Surat kabar pertama yang terbit teratur menurut Kusumaningrat & Kusumaningrat (2006) dimulai di Jerman, yang bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strabourg. Setelah itu, berdasarkan catatan ensiklopedi, muncul berbagai terbitan reguler di negara-negara lain di Eropa. Weekly News tahun 1622 merupakan terbitan media cetak pertama di Inggris.Surat kabar pertama yang terbit setiap hari atau sudah menjadi harian bernama EinkommendeZeitung, di Leipzig Jerman. Sedangkan surat jabar harian pertama di Inggris bernama The Daily Courant, terbit di London tahun 1702. Benyamin H. Day di Amerika Serikat, pertama kali memunculkan penny newspaper (surat kabar murah) yang harganya satu sen, penny pertama kali terbit di New York tahun 1883.Setelah surat kabar, bentuk-bentuk lain dari media cetak juga bermunculan. Majalah mulai berkembang sekitar 2 abad lalu. Perkembangan teknologi telah memunculkan kemajuan pesat dalam dunia media massa karena setelah media cetak, kemudian muncul media elektronik. Radio muncul ke dunia sekitar tahun 1920 dan televisi menyusul kemudian setelah Perang Dunia Kedua.Lalu pada saat ini pers telah berkembang melalui media informasi elektronik yaitu internet.
Selain itu Adapun Perkembanngan Dimana Awal  mulanya muncul jurnalistik dan Pers/Media  dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman (sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Dalam sejarah Islam, seperti dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.
Saat berkuasa, Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para wartawan.Dari kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).





2.3  MASA PERKEMBANGAN SEJARAH PERS DUNIA
Kegiatan penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun 911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493. Pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia, tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “Newspaper”.
Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah “Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.
Pada abad ke-17 pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 – 1911).
Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan.
Pada abad ini juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.
Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.
Pada pertengahan 1800-an mulai berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis). Tahun 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh William Randolph Hearst.
Sebagai catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.
Kesadaran akan jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar kualitas bagi jurnalisme profesional.
Teknologi Informasi
Kegiatan jurnalisme terkait erat dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun 1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di surat kabar.
Pada 1893 untuk pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat itu. Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan dengan munculnya televisi.
Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan, dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di industri media massa.
Memasuki era 1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja. Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak kalah luasnya.
Setiap pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
Sedangkan pada tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat menjadi blog saja.Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.
2.4  SEMBILAN ELEMEN JURNALISTIK
Wartawan merupakan sebuah profesi, dimana untuk menjadi seorang wartawan yang professional, dia harus mematuhi yang dinamakan kode etik jurnalistik. Disebutkan oleh Bill Kovach dan Tom Rosentiels ada 9 elemen yang menjadi standar perilaku wartawan dan menjadi basic sebuah jurnalisme. Ke – 9 elemen ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Semuanya mempunyai kedudukan yang sama, tidak bisa hanya salah satu saja yang dipatuhi oleh wartawan. Kesembilan elemen ini adalah :
1.    Kewajiban utama jurnalisme adalah pencarian kebenaran.
 Sebagai seorang wartawan kita harus selalu menjunjung kebenaran. Dalam hal ini kebenaran secara fungsional yang tentunya sesuai dengan tugasnya seorang wartawan.
Seorang wartawan yang tidak menjunjung faktor kebenaran dalam liputannya, tentu saja akan merugikan banyak pihak, terutama publik yang  mnejadi korban dari pemberitaan itu. Belum lagi perusahaan yang menjadi kehilangan harga diri sebagai media yang seharusnya menyampaikan kebenaran.
2.    Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara.
Loyalitas wartawan seharusnya berujung pada publik, sebagai pembaca dari apa yang kita beritakan. Yang harus selalu diingat oleh wartawan adalah bagaimana membuat suatu berita yang menarik bagi pembaca yang menjunjung kebenaran, dan bagaimana bertanggung jawab pada publik jika berita yang dibuat hanya fiktif padahal sudah jelas yang akan membaca suatu media bukan hanya sekelompok orang, tapi semua orang di bangsa ini bahkan di seluruh dunia.
Media yang jujur, yang lebih memntingkan kepentingan publik lebih menguntungkan perusahaan tersebut, tak hanya soal prestisius, tapi soal financial juga menjadi lebih baik. Kepercayaan yang diberikan publik pada media jangan sampai hilang akibat satu berita bohong dari oknum wartawan.
3.    Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Dengan adanya disiplin verifikasi yang dilakukan wartawan fiktifisasi narasumber tudak akan terjadi. Batas antara fiksi dan jurnalisme harus jelas, jurnalisme tidak bisa digabungkan dengan fiksi. Semuanya harus fakta dan nyata.
4.    Jurnalis harus menjaga independensi dari objek liputanya.
Dalam melakukan suatu peliputan, wartawan harus benar-benar independen, melakukan peliputan secara obektif. Tidak terpengaruh pada apapun, kepentingan siapapun, kecuali kepentingan bahwa kita adalah wartwan yang harus menyampaikan berita yang benar – benar terjadi untuk disampaikan pada masyarakat. Tidak peduli siapapun, apapun. Bahkan jika itu menyangkut keluarga kita, dan kita harus memberitakannya jangan anggap itu keluarga. Wartawan harus bertanggung jawab pada publik itu penting dan harus selalu di ingat.
Semangat independensi harus dijunjung tinggi oleh setiap wartawan.
5.   Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau  independen dari kekuasaan.
      Dalam memantau kekuasaan, bukan berarti wartawan menghancurkan kekuasaan. Namun tugasnya wartawan sebagai pemantau kekuasaan yaitu turut seta dalam penegakkan demokrasi.
Salah satu dalam cara memantau ini adalah melakukan investigatif reporting. Inilah yang sering menjadi masalah antar wartawan dengan penguasa. Biasanya banyak penguasa yang enggan privasi tentang dirinya dipublikasikan.
6.    Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi.
         Seorang wartawan yang bertanggung jawab pada publik  harus mendengarkan apa keinginan publik itu sendiri. Wartawan harus terbuka pada publik untuk mendengarkan segala sesuatunya. Logikanya setiap orang boleh berpendapat dan memiliki rasa ingintahu yang sama. Jadi jika ada anggota publik yang ingin lebih mengetahui dalam sebuah kasus bisa menanyakannya.
7.    Jurnalis harus berusaha membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.
        Wartawan harus tahu tentang komposisi, tentang etika, tentang naik turunnya emosi pembaca dan sebagainya. Berita yang dibuat jangan sampai membosankan bagi pembaca. Jangan sampai berita yang penting jadi tidak penting karena pembaca bosan.Berita itu dibuat tidak membosankan dan harus memikat tetapi tetap   relevan. Ironisnya, dua faktor ini justru sering dianggap dua hal yang bertolak belakang. Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas.
8.    Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional.
        Perlu banyak hal yang dilakukan untuk mendapatkan dan membuat berita yang komprehensive dan proposional. Wartawan tidak hanya menerima fakta yang mudah diraih. Harus ada sesuatu yang menantang dari pekerjaan wartawan pelaporan ivestigasi mewakili berita yang komprehensif dan proposional ini.Wartawan harus tahu bagaimana caranya melaporkan suatu hal yang bermutu. Berita yang komprehensif bukan berita yang hanya punya judul sensasional  Berita sensasionalnya akan memalukan wartwan dan media yang menerbitkannya.
9.     Jurnalis harus diperbolehkan untuk mendengarkan hati nurani pribadinya.
        Segala sesuatu yang berasal dari hati nurani akan lebih baik dari apapun. Dari persoalan yang terjadi didalam kehidupan wartawan jawabnnya adalah bersumber pada hati nurani. Wartawan yang berbohong, melakukan fiktifisasi narasumber atau apaun kejahilan seorang.


2.5 TOKOH PENYEBARAN PERS DUNIA
      1. Nabi Nuh
      Dimana Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang pertama kali di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari serta menyiarkan kabar (warta berita di zaman sekarang dengan lembaga kantor beritannya). Mereka menunjukan bahwa sesungguhnya kantor berita yang pertama di dunia adalah Kapal Nabi Nuh. Data selanjutnya diperolah para ahli sejarah negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi (Imam Agung) mencatat segala kejadian penting yang diketahuinya pada annals (papan tulis yang digantungkan di serambi rumahnya). 
      2. Julius Caesar
      Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada zaman kejayaannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenal dengan acta diurna dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum. Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain. Baik hikayat Nabi Nuh menurut keterangan Flavius Josephus maupun munculnya acta diurna belum merupakan suatu penyiaran atau penerbitan sebagai harian, akan tetapi jelas terlihat merupakan gejala awal perkembangan jurnalistik.
      3.Pemuan Kertas
      Dimana penyebaran pers sudah berkembang diseluruh pelosok dunia dan banyak para tokoh dari berbagai Negara yang menyebarkan pers dimana mulai berkembang pada media elektronik maupun cetak.




BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
      Media massa atau pers adalah suatu istilah yan mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahklan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini disingkat menjadi media.adapun awal mula per satu berdiri Perkembanngan Dimana Awal  mulanya muncul jurnalistik dan Pers/Media  dapat diketahui dari berbagai literatur tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar. Adapun Sembilan elemen jurnalistik diantaranya : Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran, Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara,Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi,Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya.,Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan,Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi,Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan,Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional,Jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini,Diharapkan agar  pembaca melengkapi referensi pengetahuan
 Dengan membaca buku-buku tentang Pers Dunia Maupun Artikel Serta Referensi Informasi yang ada agar lebih memahami dan mengetahui banyak Tentang sejarah pers dunia.


DAFTAR PUSTAKA


Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik – Teori dan Praktik, cet. IV, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
http://fitrienurani.blogspot.com/2013/05/sembilan-elemen-jurnalistik.

     


No comments:

Post a Comment