KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim,Segala
Puji bagi Allah Swt yang telah menurunkan Al-qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia. Rahmat dan salam-Nya semoga selalu tercurah kepada rasul-nya pembawa
risalah Al-qur’an,juga pada keluarga.Para sahabat dan segenap pengikut beliau
yang setiap ada ajaran Al-qur’an dan sunnahnya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SEJARAH PRES DUNIA” Pada kesempatan ini
Pemakalah mengucapkan banyak terima kasih kepada:
a.
Allah Swt Yang
Memberikan Rahmat serta inayah-Nya.
b.
Orang Tua Yang
selalu memberi dorongan baik moril maupun materil. Serta,
c.
Bapak Musfialdi
M,SI Selaku Dosen Pembimbing Materi.
Akan tetapi, dari
tersusuNnya Makalah ini, tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu,
Pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, untuk perubahan, Serta
pemahaman-pemahaman yang bersifat membangun dimasa yang akan datang .
Dan Semoga Makalah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca, Untuk itu kami ucapkan TERIMA KASIH…….
Pekanbaru,
Mei 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………….. i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………. ii
BAB
I : PENDAHULUAN
1.1
Tinjauan
Teoritis…………………………………………..…….. 1
1.2
Rumusan
Masalah………………………………………………. 1
1.3
Tujuan…………………………………………………………… 1
BAB
II : PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Pers………………………………………..…………… 2
2.2 Sejarah Pers Dunia……………………………………………… 3
2.3 Perkembangan Pers Dunia……………………………………… 5
2.4 Sembilan Elemen
Jurnalistik…………………………………...... 9
2.5 Tokoh Pers Dunia………………………………………………… 12
BAB
III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………… 13
3.2 Kritik dan Saran…………………………………………………… 14
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TINJAUAN
TEORITIS
Dalam dunia ini perkembangan dunia
pers sangatlah pesat dan sangatlah tidak terbendung. Dibelahan Negara manapun
terdapat pers, yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan kebutuhan informasi,
yang dapat diakses secara cepat dan tanpa mengeluarkan biaya yang banyak.
Pers tidak muncul begitu saja tanpa
ada sebab dan histori. Tentunya lahirnya sesuatau dilatar belakangi oleh suatu
histori. Dalam artikel ini saya akan Memaparkan Makalah yang berjudul “Sejarah
Pres Dunia”Didalam Makalah ini akan dijelaskan beberapa perkembangan di
dunia pers disertai dengan teori yang mendasari akan perkembangan perkembangan
tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a.
Apakah yang dimaksud tentang pers?
b.
Bagaimanakah perkembangan pers di Dunia?
c.
Siapa Tokoh Pres Dunia?
1.3 TUJUAN
a. Agar mengetahui bagaimana pengertian
pers yang sebenarnya.
b. Untuk bisa dipahami bagaimana perkembangan
pers dunia ,serta Perkembangan Pers dari Masa ke Masa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI PERS
Media massa atau pers adalah suatu
istilah yan mulai digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahklan jenis
media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas.
Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini disingkat menjadi media. Pengertian Pers
Secara etimologis, kata pers atau press (dalam Bahasa Inggris) artinya menekan
atau mengepres. Isitlah ini merujuk pada alat dari besi atau baja yang di
antara dua lembar besi tersebut diletakkan suatu barang. Kata pers berkaitan
dengan upaya menertibkan sesuatu dengan upaya menertibkan sesuatu melalui cara
mencetak. Proses produksinya adalah dengan cara memakai tekanan (pressing). Menurut
Lesikow, komunikasi pers memiliki arti sebagai berikut:
a. Usaha percetakan atau penerbitan
a. Usaha percetakan atau penerbitan
b. Usaha pengumpulan dan penyiaran
berita
c. Penyiaran berita melalui surat
kabar, majalah, radio, dan televise
d. Orang-orang yang bergerak dalam
penyiaran berita
e. Media penyiaran berita yakni
surat kabar, majalah, radio, dan televisi.
Terdapat dua pengertian tentang
pers:
a. Pers dalam arti sempit: adalah media
cetak yang mencakup surat kabar, koran, majalah, tabloid, dan bulletin-buletin
pada kantor berita.
b. Pers dalam arti luas: mencakup semua
media komunikasi yaitu media cetak, media audio, media audiovisual, dan media
elektronik. Contohnya radio, televisi, film, internet.
2.2 SEJARAH PERS DUNIA
Kegiatan jurnalistik/pers awalnya terjadi sekitar 3000 tahun
lalu, ketika raja Firaun di Mesir, Amenthop II, mengirim ratusan pesan kepada
para perwiranya di berbagai provinsi, yang berisi informasi tentang hal-hal
yang terjadidi ibukota kerajaan itu. Namun, media pertama yang terbentuk barang
cetakan disebut Acta Diurna (catatan harian) di Roma dan Gazetta
di Venesia yang masih berbentuk newssheet, yaitu kertas-kertas lepas
yang digantungkan. Isi Acta Diurna berupa informasi dari pusat
pemerintahan Romawi kepada rakyatnya sekitar tahun 59 SM. Informasi itu
dipasang di Forum Romanum (Stadion Romawi) agar diketahui rakyat.
Sedangkan berbagai undang-undang, peraturan, dan tata tertib yang disahkan
senat negeri tersebut diumumkan di depan gedung senat Romawi dan disebut
Acta Senatus. Informasi keagamaan diumumkan Imam Agung di papan halaman
gereja dengan namaAnales, sedangkan orang-orang yang menyebarluaskan hal
itu disebut diurnalis.
Surat
kabar pertama yang terbit teratur menurut Kusumaningrat & Kusumaningrat
(2006) dimulai di Jerman, yang bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation
di Strabourg. Setelah itu, berdasarkan catatan ensiklopedi, muncul berbagai
terbitan reguler di negara-negara lain di Eropa. Weekly News tahun 1622
merupakan terbitan media cetak pertama di Inggris.Surat kabar pertama yang
terbit setiap hari atau sudah menjadi harian bernama EinkommendeZeitung,
di Leipzig Jerman. Sedangkan surat jabar harian pertama di Inggris bernama The
Daily Courant, terbit di London tahun 1702. Benyamin H. Day di Amerika
Serikat, pertama kali memunculkan penny newspaper (surat kabar murah)
yang harganya satu sen, penny pertama kali terbit di New York tahun
1883.Setelah surat kabar, bentuk-bentuk lain dari media cetak juga bermunculan.
Majalah mulai berkembang sekitar 2 abad lalu. Perkembangan teknologi telah
memunculkan kemajuan pesat dalam dunia media massa karena setelah media cetak,
kemudian muncul media elektronik. Radio muncul ke dunia sekitar tahun 1920 dan
televisi menyusul kemudian setelah Perang Dunia Kedua.Lalu pada saat ini pers
telah berkembang melalui media informasi elektronik yaitu internet.
Selain itu Adapun Perkembanngan Dimana Awal
mulanya muncul jurnalistik dan Pers/Media dapat diketahui dari berbagai literatur
tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman
Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar (100-44 SM).
“Acta Diurna”, yakni papan pengumuman
(sejenis majalah dinding atau papan informasi sekarang), diyakini sebagai
produk jurnalistik pertama; pers, media massa, atau surat kabar harian pertama
di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Dalam sejarah Islam, seperti
dikutip Kustadi Suhandang (2004), cikal bakal jurnalistik yang pertama kali di
dunia adalah pada zaman Nabi Nuh. Saat banjir besar melanda kaumnya, Nabi Nuh
berada di dalam kapal beserta sanak keluarga, para pengikut yang saleh, dan
segala macam hewan.
Untuk mengetahui apakah air bah
sudah surut, Nabi Nuh mengutus seekor burung dara ke luar kapal untuk memantau
keadaan air dan kemungkinan adanya makanan. Sang burung dara hanya melihat daun
dan ranting pohon zaitun yang tampak muncul ke permukaan air. Ranting itu pun
dipatuk dan dibawanya pulang ke kapal. Nabi Nuh pun berkesimpulan air bah sudah
mulai surut. Kabar itu pun disampaikan kepada seluruh penumpang kapal.
Atas dasar fakta tersebut, Nabi
Nuh dianggap sebagai pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) pertama kali
di dunia. Kapal Nabi Nuh pun disebut sebagai kantor berita pertama di dunia.
Saat berkuasa,
Julius Caesar memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap
hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian
sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu disampaikan dan
diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan atau dipasang di pusat
kota yang disebut “Forum Romanum” (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Berita di “Acta
Diurna” kemudian disebarluaskan. Saat itulah muncul para “Diurnarii”, yakni
orang-orang yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari
papan “Acta Diurna” itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para wartawan.Dari
kata “Acta Diurna” inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal yakni kata
“Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap hari.” Diadopsi ke
dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa Inggris “Journal” yang
berarti “hari”, “catatan harian”, atau “laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul
kata “Diurnalis” dan “Journalist” (wartawan).
2.3
MASA PERKEMBANGAN SEJARAH PERS DUNIA
Kegiatan
penyebaran informasi melalui tulis-menulis makin meluas pada masa peradaban
Mesir, ketika masyarakatnya menemukan tehnik pembuatan kertas dari serat
tumbuhan yang bernama “Phapyrus”.
Pada abad 8 M., tepatnya tahun
911 M, di Cina muncul surat kabar cetak pertama dengan nama “King Pau” atau
Tching-pao, artinya “Kabar dari Istana”. Tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo
mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali.
Penyebaran
informasi tertulis maju sangat pesat sejak mesin cetak ditemukan oleh Johan
Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul
pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang
pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil
ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493. Pelopor surat kabar
sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Italia,
tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman.
Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di
Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini
dicetak.
Surat kabar
cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di
Inggris tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London
Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia
telah menggunakan istilah “Newspaper”.
Di Amerika
Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah
“Journalism”. Saat itu terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick
Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin
Harris.
Pada Abad ke-17, di Inggris kaum
bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk
kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita.
Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersama
maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran
eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan, mulai pula diterbitkan
pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.
Pada abad ke-17
pula, John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris
yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat
itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga
mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence).
Di Universitas Bazel, Swiss
jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 –
1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde tahun 1884 M.
Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University
pada tahun 1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 –
1911).
Pada Abad
ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah
profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada
masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan
kian majunya teknik percetakan.
Pada abad ini
juga perkembangan jurnalisme mulai diwarnai perjuangan panjang kebebasan pers
antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan
batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18 dan memasuki era jurnalisme
modern seperti yang kita kenal sekarang.
Perceraian antara jurnalisme dan
politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi
lebih jelas: independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad
itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan.
Jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan cabang bisnis baru.
Pada pertengahan 1800-an mulai
berkembang organisasi kantor berita yang berfungsi mengumpulkan berbagai berita
dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah.
Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated
Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence-France Presse (Prancis). Tahun
1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme
kuning), sebuah istilah untuk “pertempuran headline” antara dua koran besar di
Kota New York. Satu dimiliki oleh Joseph Pulitzer dan satu lagi dimiliki oleh
William Randolph Hearst.
Sebagai
catatan, surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, serta
dengan mudah menyerang politisi dan presiden, tanpa pemberitaan yang objektif
dan berimbang. Namun, para wartawannya kemudian memiliki kesadaran bahwa berita
yang mereka tulis untuk publik haruslah memiliki pertanggungjawaban sosial.
Kesadaran akan
jurnalisme yang profesional mendorong para wartawan untuk membentuk organisasi
profesi mereka sendiri. Organisasi profesi wartawan pertama kali didirikan di
Inggris pada 1883, yang diikuti oleh wartawan di negara-negara lain pada masa
berikutnya. Kursus-kursus jurnalisme pun mulai banyak diselenggarakan di
berbagai universitas, yang kemudian melahirkan konsep-konsep seperti
pemberitaan yang tidak bias dan dapat dipertanggungjawabkan, sebagai standar
kualitas bagi jurnalisme profesional.
Teknologi Informasi
Kegiatan jurnalisme terkait erat
dengan perkembangan teknologi publikasi dan informasi. Pada masa antara tahun
1880-1900, terdapat berbagai kemajuan dalam publikasi jurnalistik. Yang paling
menonjol adalah mulai digunakannya mesin cetak cepat, sehingga deadline
penulisan berita bisa ditunda hingga malam hari dan mulai munculnya foto di
surat kabar.
Pada 1893 untuk
pertama kalinya surat-surat kabar di AS menggunakan tinta warna untuk komik dan
beberapa bagian di koran edisi Minggu. Pada 1899 mulai digunakan teknologi
merekam ke dalam pita, walaupun belum banyak digunakan oleh kalangan jurnalis saat
itu. Pada 1920-an, surat kabar dan majalah mendapatkan pesaing baru dalam
pemberitaan, dengan maraknya radio berita. Namun demikian, media cetak tidak
sampai kehilangan pembacanya, karena berita yang disiarkan radio lebih singkat
dan sifatnya sekilas. Baru pada 1950-an perhatian masyarakat sedikit teralihkan
dengan munculnya televisi.
Perkembangan
teknologi komputer yang sangat pesat pada era 1970-1980 juga ikut mengubah cara
dan proses produksi berita. Selain deadline bisa diundur sepanjang mungkin, proses
cetak, copy cetak yang bisa dilakukan secara massif, perwajahan, hingga iklan,
dan marketing mengalami perubahan sangat besar dengan penggunaan komputer di
industri media massa.
Memasuki era
1990-an, penggunaan teknologi komputer tidak terbatas di ruang redaksi saja.
Semakin canggihnya teknologi komputer notebook yang sudah dilengkapi modem dan
teknologi wireless, serta akses pengiriman berita teks, foto, dan video melalui
internet atau via satelit, telah memudahkan wartawan yang meliput di medan paling
sulit sekalipun. Selain itu, pada era ini juga muncul media jurnalistik
multimedia. Perusahaan-perusahaan media raksasa sudah merambah berbagai segmen
pasar dan pembaca berita. Tidak hanya bisnis media cetak, radio, dan televisi
yang mereka jalankan, tapi juga dunia internet, dengan space iklan yang tak
kalah luasnya.
Setiap
pengusaha media dan kantor berita juga dituntut untuk juga memiliki media
internet ini agar tidak kalah bersaing dan demi menyebarluaskan beritanya ke
berbagai kalangan. Setiap media cetak atau elektronik ternama pasti memiliki
situs berita di internet, yang updating datanya bisa dalam hitungan menit. Ada
juga yang masih menyajikan edisi internetnya sama persis dengan edisi cetak.
Sedangkan pada
tahun 2000-an muncul situs-situs pribadi yang juga memuat laporan jurnalistik
pemiliknya. Istilah untuk situs pribadi ini adalah weblog dan sering disingkat
menjadi blog saja.Memang tidak semua blog berisikan laporan jurnalistik. Tapi
banyak yang memang berisi laporan jurnalistik bermutu. Senior Editor Online
Journalism Review, J.D Lasica pernah menulis bahwa blog merupakan salah satu
bentuk jurnalisme dan bisa dijadikan sumber untuk berita.
2.4 SEMBILAN ELEMEN JURNALISTIK
Wartawan merupakan sebuah profesi,
dimana untuk menjadi seorang wartawan yang professional, dia harus mematuhi
yang dinamakan kode etik jurnalistik. Disebutkan oleh Bill Kovach dan Tom
Rosentiels ada 9 elemen yang menjadi standar perilaku wartawan dan menjadi
basic sebuah jurnalisme. Ke – 9 elemen ini tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Semuanya mempunyai kedudukan yang sama, tidak bisa hanya salah satu saja
yang dipatuhi oleh wartawan. Kesembilan elemen ini adalah :
1. Kewajiban utama
jurnalisme adalah pencarian kebenaran.
Sebagai seorang wartawan kita harus selalu
menjunjung kebenaran. Dalam hal ini kebenaran secara fungsional yang tentunya
sesuai dengan tugasnya seorang wartawan.
Seorang wartawan yang tidak menjunjung faktor kebenaran
dalam liputannya, tentu saja akan merugikan banyak pihak, terutama publik
yang mnejadi korban dari pemberitaan itu. Belum lagi perusahaan yang
menjadi kehilangan harga diri sebagai media yang seharusnya menyampaikan
kebenaran.
2. Loyalitas utama
jurnalisme adalah pada warga negara.
Loyalitas wartawan seharusnya
berujung pada publik, sebagai pembaca dari apa yang kita beritakan. Yang harus
selalu diingat oleh wartawan adalah bagaimana membuat suatu berita yang menarik
bagi pembaca yang menjunjung kebenaran, dan bagaimana bertanggung jawab pada
publik jika berita yang dibuat hanya fiktif padahal sudah jelas yang akan
membaca suatu media bukan hanya sekelompok orang, tapi semua orang di bangsa
ini bahkan di seluruh dunia.
Media yang jujur, yang lebih memntingkan kepentingan publik lebih menguntungkan perusahaan tersebut, tak hanya soal prestisius, tapi soal financial juga menjadi lebih baik. Kepercayaan yang diberikan publik pada media jangan sampai hilang akibat satu berita bohong dari oknum wartawan.
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Media yang jujur, yang lebih memntingkan kepentingan publik lebih menguntungkan perusahaan tersebut, tak hanya soal prestisius, tapi soal financial juga menjadi lebih baik. Kepercayaan yang diberikan publik pada media jangan sampai hilang akibat satu berita bohong dari oknum wartawan.
3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
Dengan adanya disiplin verifikasi
yang dilakukan wartawan fiktifisasi narasumber tudak akan terjadi. Batas antara
fiksi dan jurnalisme harus jelas, jurnalisme tidak bisa digabungkan dengan
fiksi. Semuanya harus fakta dan nyata.
4. Jurnalis harus
menjaga independensi dari objek liputanya.
Dalam melakukan suatu peliputan,
wartawan harus benar-benar independen, melakukan peliputan secara obektif.
Tidak terpengaruh pada apapun, kepentingan siapapun, kecuali kepentingan bahwa
kita adalah wartwan yang harus menyampaikan berita yang benar – benar terjadi
untuk disampaikan pada masyarakat. Tidak peduli siapapun, apapun. Bahkan jika
itu menyangkut keluarga kita, dan kita harus memberitakannya jangan anggap itu
keluarga. Wartawan harus bertanggung jawab pada publik itu penting dan harus
selalu di ingat.
Semangat independensi harus dijunjung tinggi oleh setiap wartawan.
Semangat independensi harus dijunjung tinggi oleh setiap wartawan.
5. Jurnalis harus
membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan.
Dalam memantau kekuasaan, bukan berarti wartawan menghancurkan kekuasaan. Namun tugasnya wartawan sebagai pemantau kekuasaan yaitu turut seta dalam penegakkan demokrasi.
Salah satu dalam cara memantau ini adalah melakukan investigatif reporting. Inilah yang sering menjadi masalah antar wartawan dengan penguasa. Biasanya banyak penguasa yang enggan privasi tentang dirinya dipublikasikan.
Dalam memantau kekuasaan, bukan berarti wartawan menghancurkan kekuasaan. Namun tugasnya wartawan sebagai pemantau kekuasaan yaitu turut seta dalam penegakkan demokrasi.
Salah satu dalam cara memantau ini adalah melakukan investigatif reporting. Inilah yang sering menjadi masalah antar wartawan dengan penguasa. Biasanya banyak penguasa yang enggan privasi tentang dirinya dipublikasikan.
6.
Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan
kompromi.
Seorang wartawan yang bertanggung jawab pada publik harus mendengarkan apa keinginan publik itu sendiri. Wartawan harus terbuka pada publik untuk mendengarkan segala sesuatunya. Logikanya setiap orang boleh berpendapat dan memiliki rasa ingintahu yang sama. Jadi jika ada anggota publik yang ingin lebih mengetahui dalam sebuah kasus bisa menanyakannya.
Seorang wartawan yang bertanggung jawab pada publik harus mendengarkan apa keinginan publik itu sendiri. Wartawan harus terbuka pada publik untuk mendengarkan segala sesuatunya. Logikanya setiap orang boleh berpendapat dan memiliki rasa ingintahu yang sama. Jadi jika ada anggota publik yang ingin lebih mengetahui dalam sebuah kasus bisa menanyakannya.
7.
Jurnalis harus berusaha membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan.
Wartawan
harus tahu tentang komposisi, tentang etika, tentang naik turunnya emosi
pembaca dan sebagainya. Berita yang dibuat jangan sampai membosankan bagi
pembaca. Jangan sampai berita yang penting jadi tidak penting karena pembaca
bosan.Berita itu dibuat tidak membosankan dan harus memikat tetapi
tetap relevan. Ironisnya, dua faktor ini justru sering dianggap dua
hal yang bertolak belakang. Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu,
sensasional, menghibur, dan penuh tokoh selebritas.
8.
Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional.
Perlu
banyak hal yang dilakukan untuk mendapatkan dan membuat berita yang komprehensive
dan proposional. Wartawan tidak hanya menerima fakta yang mudah diraih. Harus
ada sesuatu yang menantang dari pekerjaan wartawan pelaporan ivestigasi
mewakili berita yang komprehensif dan proposional ini.Wartawan harus tahu
bagaimana caranya melaporkan suatu hal yang bermutu. Berita yang komprehensif
bukan berita yang hanya punya judul sensasional Berita sensasionalnya
akan memalukan wartwan dan media yang menerbitkannya.
9. Jurnalis harus diperbolehkan untuk mendengarkan hati nurani pribadinya.
Segala sesuatu yang berasal dari hati nurani akan lebih baik dari apapun. Dari persoalan yang terjadi didalam kehidupan wartawan jawabnnya adalah bersumber pada hati nurani. Wartawan yang berbohong, melakukan fiktifisasi narasumber atau apaun kejahilan seorang.
9. Jurnalis harus diperbolehkan untuk mendengarkan hati nurani pribadinya.
Segala sesuatu yang berasal dari hati nurani akan lebih baik dari apapun. Dari persoalan yang terjadi didalam kehidupan wartawan jawabnnya adalah bersumber pada hati nurani. Wartawan yang berbohong, melakukan fiktifisasi narasumber atau apaun kejahilan seorang.
2.5
TOKOH PENYEBARAN PERS DUNIA
1. Nabi Nuh
Dimana Atas dasar fakta tersebut, para ahli sejarah menamakan
Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita dan penyiar kabar (wartawan) yang
pertama kali di dunia. Bahkan sejalan dengan teknik-teknik dan caranya mencari
serta menyiarkan kabar (warta berita di zaman sekarang dengan lembaga kantor
beritannya). Mereka menunjukan bahwa sesungguhnya kantor berita yang pertama di
dunia adalah Kapal Nabi Nuh. Data selanjutnya diperolah para ahli sejarah
negara Romawi pada permulaan berdirinya kerajaan Romawi (Imam Agung) mencatat
segala kejadian penting yang diketahuinya pada annals (papan tulis yang
digantungkan di serambi rumahnya).
2. Julius Caesar
Pengumuman sejenis itu dilanjutkan oleh Julius Caesar pada
zaman kejayaannya. Caesar mengumumkan hasil persidangan senat, berita tentang
kejadian sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu
disampaikan dan diketahui rakyatnya, dengan jalan menuliskannya pada papan
pengumuman berupa papan tulis pada masa itu. (60 SM) dikenal dengan acta diurna
dan diletakkan di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Terhadap isi acta diurna tersebut setiap orang boleh membacanya, bahkan juga
boleh mengutipnya untuk kemudian disebarluaskan dan dikabarkan ke tempat lain.
Baik hikayat Nabi Nuh menurut keterangan Flavius Josephus maupun munculnya acta
diurna belum merupakan suatu penyiaran atau penerbitan sebagai harian, akan
tetapi jelas terlihat merupakan gejala awal perkembangan jurnalistik.
3.Pemuan Kertas
Dimana
penyebaran pers sudah berkembang diseluruh pelosok dunia dan banyak para tokoh
dari berbagai Negara yang menyebarkan pers dimana mulai berkembang pada media
elektronik maupun cetak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Media
massa atau pers adalah suatu istilah yan mulai digunakan pada tahun 1920-an
untuk mengistilahklan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini disingkat
menjadi media.adapun awal mula per satu berdiri Perkembanngan Dimana Awal
mulanya muncul jurnalistik dan Pers/Media dapat diketahui dari berbagai literatur
tentang sejarah jurnalistik senantiasa merujuk pada “Acta Diurna” pada zaman
Romawi Kuno masa pemerintahan kaisar Julius Caesar. Adapun Sembilan elemen
jurnalistik diantaranya : Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran, Loyalitas
utama jurnalisme adalah pada warga Negara,Esensi jurnalisme adalah disiplin
verifikasi,Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya.,Jurnalis
harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan,Jurnalis harus
memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi,Jurnalis
harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan,Jurnalis harus
membuat berita yang komprehensif dan proporsional,Jurnalis harus diperbolehkan
mendengarkan hati nurani personalnya.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini,Diharapkan
agar pembaca melengkapi referensi pengetahuan
Dengan membaca buku-buku tentang Pers
Dunia Maupun Artikel Serta Referensi Informasi yang ada
agar lebih memahami dan mengetahui banyak Tentang sejarah pers dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama
Kusumaningrat, Jurnalistik – Teori dan Praktik, cet. IV, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2009.
http://fitrienurani.blogspot.com/2013/05/sembilan-elemen-jurnalistik.
No comments:
Post a Comment