SAYA MOHON MAAF JIKA DI DALAM BLOG SAYA TERDAPAT KESALAHAN DAN KEKURANGAN DALAM MEYAMPAIKAN KARNA SAYA JUGA MANUSIA YANG TIDAK LEPAS DARI KESALAHAN BAGI PENGUNJUNG MOHON KRITIK DAN SARANNYA UNTUK SAYA

Sunday, October 12, 2014

MAKALAH FILSAFAT ILMU


BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang

The Liang Gie (2000: 139) memberikan pengertian struktur ilmu suatu kumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan termaksud.
Ilmu merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk memperadab dirinya. Perkembangan ilmu merupakan jawaban dari rasa keinginan manusia untuk mengetahui kebenaran. Ilmu meliputi baik pengetahuan maupun cara yang dikembangkan manusia untuk mencapai tujuan tersebut. Sekarang kebenaran mempunyai berbagai konotasi yang lebih panting atau kurang penting tergantung pendapat individual.
Van Peursen (1980:  28) mengibaratkan ilmu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat di alam sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan.
Untuk kebanyakan ilmuwan, kebenaran baru diketahui jika mereka dapat meramalkan apa yang akan terjadi di bawah persyaratan tertentu. Mereka puas dengan filsafah “Biarlah masing-masing mengatur dirinya sendiri”, dan terserah kepada masing-masing untuk menentukan spesifikasi yang eksak dari tujuan akhir yang dikejarnya.
Ilmuwan dapat dianggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Begitu juga sistem yang lainnya dia mempunyai komponen yang berhubungan satu sama lain. Komponen utama dari sistem ilmu adalah: (1) perumusan masalah, (2)pengamatan dan deskripsi,                   (3) penjelasan, (4) ramalan dan kontrol.
Metode keilmuan adalah cara yang singkat dalam mendeskripsikan sistem ilmu yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya metode-metode yang spesifik dari tiap-tiap komponen sistem tersebut. Hal yang sangat menolong dalam mempelajari komponen-komponen ini adalah pengertian tentang salah satu dari ciri utama ilmu yakni ilmu memiliki sifat mengoreksi diri sendiri.

B.         Permasalahan
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem ilmu?
2.      Jelaskan apa yang dimaksud perumusan masalah?
3.      Apa saja persyaratan masalah keilmuan?
4.      Apa saja cirri-ciri lainnya dari masalah keilmuan?
5.      Langkah apa saja yang dilakukan pengamatan dan deskripsi?
6.      Apa pemahaman tentang tinjauan pustaka?
7.      Seberapa besar persepsi mempengaruhi penafsiran?
8.      Apa yang dimaksud teknologi menolong pengamatan?
9.      Apa yang dimaksud dengan pengukuran?
10.  Sebutkan macam-macam penjelasan?
11.  Jelaskan macam-macam ramalan?



BAB II
PEMBAHASAN

A.         Perumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah, para ilmuwan harus membatasi dirinya dengan ruang lingkup yang terbatas diketahuinya. Hal yang paling penting dalam penelaahan kailmuan adalah perumusan masalah dengan baik. Kita harus menyadari tidak semua masalah adalah tepat bagi ilmu. (Jujun S., Ilmu dalam Perspektif,)
Suatu cara yang biasanya dilakukan dalam menemukan dan merumuskan masalah adalah melewati persepsi kita dalam menghadapi kesulitan tertentu. Salah satu syarat utama dalam hubungan antara ilmuwan dengan masalah yang sedang dihadapinya adalah bahwa dia menaruh perhatian yang sangat besar kepada masalah tersebut.
Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan. (Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia Suatu Pengantar, Jakarta, Bumi Aksara, 2013, hlm.71)
Akibat rumitnya hakikat manusia dan kehidupan maka tiap masalah keilmuan sudah harus merupakan seleksi dari data yang diberikan oleh penghidupan kepada kita. Sehingga tak seorangpun dalam memecahkan suatu masalah dapat memilih seluruh fakta. Para ilmuan dalam merumuskan masalah harus mambatasi diri dengan ruang lingkup yang terbatas apa yang diketahuinya.
Sering dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam penelaahan keilmuan adalah merumuskan masalah yang baik. Walaupn kita tidak mengetahui dengan tepat bagaimana memilih masalah yang berguna dalam ilmu. Suatu cara yang dilakukan dalam menentukan dan merumuskan masalah adalah melewati persepsi kita dalam menghadapi kesulitan tertentu.
Masalah yang lebih spesifik kebanyakan ditemukan oleh para ilmuan sendiri. Salah satu syarat utama dalam hubungan antara ilmuan dengan masalah yang sedang dihadapi adalah bahwa dia menaruh perhatian yang besar kepada masalah tersebut. Walaupun begitu dapat kita katakan bahwa karya ilmuan yang terbaik biasanya ditandai dengan api hasrat yang berkobar menyinari ilmuan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

B.         Peryaratan Masalah Keilmuan

Ciri yang ideal dari sebuah masalah keilmuan adalah:
·         Bahwa masalah itu penting karena pemecahannya berguna,
·         Masalah keilmuan adalah penting bila masalah menghubungkan dalam suatu kesatuan pengetahuan yang sebelumnya dianggap berdiri sendiri.
·         Masalah adalah penting karena dia mampu mengisi celah yang masih ketinggalan dalam khazanah pengetahuan kita. Setiap maslah yang penting akhirnya akan dikerjakan oleh seseorang
·         Ciri yang lain dari sebuah masalah dalam ilmu adalah bahwa masalah itu mesti dapat dijawab dengan jelas, atau sebuah masalah tak boleh dirumuskan sedemikian rupa sehingga berapapun jumlah jawaban yang diberikan akan tetap memenuhi syarat.
·         Ciri selanjutnya dari masalah keilmuan adalah bahwa setiap jawaban terhadap permasalahan itu mesti dapat diuji oleh orang lain.

C.         Ciri-ciri Masalah Keilmuan
Sebuah masalah keilmuan harus dirumuskan sedemikian sehingga pengumpulan data dapat dilakukan secara Objektif. Objektif artinya bahwa data dapat tersedia untuk penelaahan keilmuan tanpa ada hubungannya dengan karakteristik individual dari seorang ilmuan. Masalah keilmuan harus mengandung unsur pengukuran dan definisi dari variabel yang terdapat dalam masalah tersebut. Jika tidak dicantumkan secara ekpisit keadaan ini merupakan kekurangan dari suatu masalah keilmuan:
·         Tanpa adanya ukuran dan definisi maka orang lain tak dapat menguji hasilnya
·         Ilmu tidak mengizinkan pengukuran dan definisi yang bersifat pribadi dari seorang ilmuan.
Ukuran dan definisi haruslah objektif sehingga setiap ilmuan yang mempergunakannya dalam hubungannya dengan masalah yang sama akan mendapatkan jawaban yang sama pula. Jika masalah telah dirumuskan dengan baik, hasil hasil perumusan ini disebut hipotesis.Hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji tentang hubungan sesuatu yang sedang diselidiki yang mempunyai konsekwensi yang dapat kita jabarkan secara deduktif.


D.         Pengamatan dan Deskripsi
Klasifikasi, pemberian nama dan penataan sifat-sifat tertentu, merupakan bagian penting dari bagaimana caranya para ilmuan melakukan pengamatan dan deskripsi. yang pokok dalam penelitiannya. Klasifikasi rasial seorang ahli ilmu sosial akan berlainan dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia kebanyakan berpikir dalam bahasa, semua cabang ilmu pengetahuan mencoba mengembangkan bahasa khusus untuk mengamati dan menguraikan aspek yang lebih luas yang dapat dicakup secara teknis keilmuan. Merupakan ciri dari ilmu yang sedang dalam tahap perintisan di mana diperlukan nama-nama benda baru atau kombinasi dari benda lama.
·         Langkah perantara pada hakekatnya berbentuk pemeriksaan, apakah masalah yang kita telaah memang ada dan memungkinkan untuk pengumpulan data.
·         Sedangkan langka lain adalah memikirkan metode mana yang akan dipakai dalam pengujian hipotesis dengan memperhatikan waktu, ongkos, tenaga kerja dan efisiensi dari setiap metode yang mungkin diterapkan.
Fakta tak ada artinya tanpa diberi nama. Sebelum melakukan pengamatan dan memberikan uraian harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan kita amati dan bagaimana hubungan antara fakta dengan hipotesis. Ilmu akan memberikan rencana dan struktur kegiatan, namun dasar penelaahan harus dilandaskan secara untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.

E.         Tinjauan Pustaka
Langkah selanjutnya dalam sistem penelaahan keilmuan adalah meninjau kepustakaantentang apa yang telah dilakukan orang lain masa lalu. Karakteristik yang penting dari pengetahuan keilmuan ialah bersifat kumulatif dimana tiap pengetahuan disusun di atas pengetahuan sebelumnya. Langkah pertama yang diambil sesudah merumuskan masalah adalah melakukan tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka menggambarkan apa saja yang telah dilakukan para ilmuwan yang lain dan hal ini akan mencegah duplikasi yang tidak perlu. Yang dimaksudkan dengan duplikasi yang tidak perlu ialah melakukan kembali pencarian pengetahuan yang telah ada tanpa menambahkan sesuatu yang baru.
Tinjauan pustaka sering kali memberikan jalan tentang langkah mana yang harus ditempuh dalam mendekati hipotesis. Setidaknya kita dapat melihat kesalahan yang sepatutnya kita hindari dan kita juga dapat menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu sesudah membaca apa yang telah dilakukan orang lain sebelumnya.
Tinjauan pustaka juga memberikan jalan mengenai data, model, atau instrument keilmuan yang mungkin berguna dalam memecahkan masalah. Pada tinjauan pustaka ini masalah yang terpenting adalah bagaimana membuat catatan dan sistem indeks dari segenap imformasi yang kita dapatkan dari membaca.

F.          Persepsi Mempengaruhi Penafsiran
Fakta baru dapat kita mengerti hanya dalam ruang lingkup sistem pengetahuan dan fakta tak dapat berbicara sendiri. Kita tidak dapat membuat persepsi tanpa melakukan suatu penafsisran. Jadi seorang ilmuwan harus memulai kegiatan dalam pengamatannya dengan menyadari hal ini terlebih dahulu baru menetapkan apa yang akan dicari yang bisa disebut keilmuan.
Ditinjau dari hipotesis yang diajukan, seorang ilmuwan harus memutuskan tingkah laku apa atau benda mana yang akan diamati atau dideskripsikan, dicatat untuk mendapatkan imformasi yang diperlukan sehingga dapat memutuskan dalam kondisi apa pengamatan akan dilakukan.
Kita tidak bisa membuat persepsi tanpa melakukan suatu penafsiran seorang ilmuan harus memulai kegiatan dalam pengamatannya dengan menyadari hal ini terlebih dahulu dan baru menetapkan apa yang akan dia cari yang bisa di sebut keilmuan. Seorang ilmuan harus memutuskan tingkah laku apa atau benda mana yang akan di amati atau dideskripsikan, dia harus memutuskan dalam kondisi apa pengamatan itu akan di lakukan.
Dia harus mengerti bagaimana semuanya betalian dengan hipotesisnya.jika dia ingin mendapatkan sesuatu yang tepat, dia harus berusaha untuk melakukan pendekatan kuantitatif atau mengukur dengan suatu unit standar tertentu untuk bisa melakukan perbadingan. Sehingga para ilmuan yang lain dapat membenarkan atau meniru penemuannya.


G.        Teknologi Menolong Pengamatan
Pada umumnya para ilmuwan mempergunakan alat apa saja untuk menolong dalam menyelidiki hipotesisnya. Alasan lain kita menggunakan alat atau instrumen teknologi ini disebabkan karena panca indra kita terbatas sifatnya, yang tak mungkin untuk mengamati variabel yang jumlahnya banyak yang timbul dalam suatu situasi yang kompleks.
Ilmu yang berbeda-beda mempergunakan teknik-teknik yang berbeda pula. Pada umumnya, seorang ilmuwan mempergunakan alat apa saja yang sekiranya akan menolong dalam menyelidiki hipotesisnya. Oleh sebab itu, sebuah potret atau rekaman tape adalah pencatat yang lebih baik dari merupakan sesuatu yang bisa dipelajari berulang kali.
Tambahan lagi panca indera kita tidak bisa mencakup ruang lingkup gejala yang luas, baik fisik maupun sosial. Panca indera kita tidak mungkin mengamati variable yang jumlahnya banyak yang timbul dalam situasi yang kompleks.  

H.        Pengukuran
Hampir semua metode keilmuan memerlukan pengukuran. Pengukuran berarti membandingkan suatu objek tertentu dan memberi angka kepada objek tersebut menurut cara-cara tertentu. Ilmuwan sosial biasanya menggunakan dua tipe perbandingan diantaranya :
·         Perbandingan Ordinal
·         Perbandingan Kardinal
Perbandingan ordinal adalah perbandingan yang meletakkan dalam urutan ditinjau dari segi tertentu, sedangkan perbandingan kardinal menggunakan bilangan penghitung dan juga tidak memperhatikan siapa yang tertinggi dan sebagainya.
Meskipun para ilmu sosial tidak mempunyai ukuran yang teliti seperti yang dipunyai ahli ilmu alam maka hal ini tidak berarti bahwa hasil karya mereka lantas terbengkalai. Untuk berbagai hal, seperti untuk memberikan penilaian terhadap guru, pengukuran ordinal dapat dilakukan Biro Pusat Statistik, maka pengukuran cardinal sudah cukup. 

I.            Penjelasan
Penjelasan dalam ilmu pada dasarnya adalah menjawab pertanyaan “Mengapa”. Penjelasan dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
·         Deduktif
·         Probabilistik
·         Genetis
·         Fungsional
Penjelasan deduktif adalah sebuah penjelasan yang terdiri dari rangkaian dimana kesimpulan tertentu disimpulkan setelah menetapkan aksioma atau postulat. (contoh Semua manusia adalah fana, Socrates adalah manusia, maka Socrates adalah fana)
Penjelasan Probabilistik (kemungkinan) adalah sebuah penjelasan yang berbentuk pertanyaan dalam ilmu yang tidak dapat dijawab dengan pasti tetapi dengan kata-kata “mungkin” (contoh mengapa presiden kenedy dibunuh? Kita mungkin menjawab Mungkin pembunuh itu gila.)
Penjelasan Genetis adalah Suatu penjelasan menjawab pertanyaan “Mengapa” dengan apa yang terjadi sebelumnya. Penjelasan genetis kadang-kadang disebut penjelasan historis (contoh: mengapa seorang anak mempunyai tipe rambut tertentu? Yakni dengan memakai faktor keturunan yang dihubungkan dengan karakteristikorang tua)
Penjelasan Fungsional adalah suatu penjelasan yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan “mengapa” dengan jalan menyelidiki tempat dari objek yang sedang diteliti dalam keseluruhan item dimana objek tersebut berada. (contoh anak menghormati bendera, Penjelasan fungsional akan memberikan jawaban bahwa penghormatan tersebut akan menjadikan anak lebih patriotik).
J.           Macam-macam Ramalan
Kebanyakan ilmuan tidak puas ketika hipotesis yang di ajukannya tidak di syah kan kebenarannya dengan cara yang memungkinkan ada ramalan dan kontrol.
·         Hukum : Hukum dalam ilmu sosial adalah beberapa keteraturan yang fundamental yang     dapat diterapkan kepada hakekat manusia
·         Proyeksi : adalah ramalan yang mempelajari kejadian terdahulu dan membuat pernyataan tentang hari depan didasarkan kejadian tersebut.
·         Institusional : adalah ramalan yang berdasarkan cara suatu institusi beroperasi.
·         Masalah : adalah ramalan yang didasarkan pada penentuan masalah apa yang dihadapi oleh manusia dan masyarakatnya.
·         Tahap : adalah suatu cara untuk meramalkan sesuatu yang berdasarkan tahap dari suatu perkembangan yang berurutan.
·         Utopia : adalah suatu ramalan terakhir dalam ilmu untuk membayangkan apa yang mungkin terjadi perdasarkan pengetahuan yang kita ketahui sekarang.




BAB III
P E N U T U P


1.     Kesimpulan

1.      Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
2.      Ilmu dapat dianggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran yang mempunyai komponen-komponen yang berhubungan satu sama lainnya.
3.      Ilmu adalah merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa.
4.      Metode Keilmuan adalah cara yang singkat dalam mendeskripsikan sistem ilmu yang menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya beserta metode-metode yang spesifik dari setiap komponen tersebut.
5.      Komponen utama dari sistem ilmu ada 4 macam:
·         Perumusan masalah
·         Pengamatan dan deskripsi
·         Penjelasan
·         Ramalan dan kontrol
6.      Syarat Ilmu
·         Objektif : Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakekatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
·         Metodis : adaaran.lah upaya yang dilakukan untuk meminimalisasikan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
·         Sistimatis : Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berati secara utuh, menyeluruh, terpadu dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
·         Universal : kebenaran yang hendak dicapai dan bersifat umum.
7.      Persepsi adalah proses saat individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti.
8.      Pengumpulan data dari sebuah masalah keilmuan harus dilakukan secara objektif, artinya bahwa data dapat tersedia untuk penelaahan keilmuan tanpa ada hubungannya dengan karakteristik individual dari seorang ilmuwan.
9.      Klarifikasi, pemberian nama dan penataan sifat-sifat tertentu, merupakan bagian yang penting dari bagai mana cara para ilmuwan melakukan pengamatan dan deskripsi.
10.  Tinjauan pustaka adalah merupakan salah satu langkah dalam sistem penelaahan keilmuan, yang menggambarkan apa yang dilakukan para ilmuan yang lain dan hal ini akan mencegah duplikasi yang tidak perlu
11.  Kita tidak bisa membuat persepsi tanpa melakukan penafsiran terlebih dahulu, kemudian baru menetapkan apa yang akan dicari untuk bisa disebut keilmuan.


DAFTAR PUSTAKA



Jalaluddin. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta. Rajawali Pers. 2003.
Peter R. Senn, Struktur Ilmu, dikutip dari buku Social Science and its Methods. Holbrok. 1971.
Surajio. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta. PT.Bumi Aksara.  2013.
Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan Anggota Ikapi. 2013.
Suriasumantri, Jujun. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Gramedia. 1978. 
Id.wikipedia.org/wiki/ilmu
http://balaibelajar.wordpress.com/2013/06/12/definisi-struktur-ilmu/
http://www.slideshare.net/mobile/MAzmi1/struktur-dan-peranan-ilmu
http://ivan272.wordpress.com/2008/11/11/struktur-ilmu-dalam-filsafat-ilmu/
http://ichsandonald.blogspot.com/2012/01/klasifikasi-ilmu-dan-struktur.html?m=1