BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
The
Liang Gie (2000: 139) memberikan pengertian struktur ilmu suatu kumpulan
pengetahuan sistematik terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau
dikoordinasikan agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan
termaksud.
Ilmu merupakan
salah satu hasil dari usaha manusia untuk memperadab dirinya. Perkembangan ilmu
merupakan jawaban dari rasa keinginan manusia untuk mengetahui kebenaran. Ilmu
meliputi baik pengetahuan maupun cara yang dikembangkan manusia untuk mencapai
tujuan tersebut. Sekarang kebenaran mempunyai berbagai konotasi yang lebih
panting atau kurang penting tergantung pendapat individual.
Van
Peursen (1980: 28) mengibaratkan ilmu bagaikan bangunan yang tersusun
dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat di
alam sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat
dipakai, kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat
dipergunakan.
Untuk
kebanyakan ilmuwan, kebenaran
baru diketahui jika mereka dapat meramalkan apa yang akan terjadi di bawah
persyaratan tertentu. Mereka puas dengan filsafah “Biarlah masing-masing
mengatur dirinya sendiri”, dan terserah kepada masing-masing untuk menentukan
spesifikasi yang eksak dari tujuan akhir yang dikejarnya.
Ilmuwan dapat
dianggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran. Begitu juga sistem
yang lainnya dia mempunyai komponen yang berhubungan satu sama lain. Komponen
utama dari sistem ilmu adalah: (1) perumusan
masalah, (2)pengamatan
dan deskripsi, (3) penjelasan, (4) ramalan dan
kontrol.
Metode keilmuan
adalah cara yang singkat dalam mendeskripsikan sistem ilmu yang menghasilkan pengetahuan
yang dapat dipercaya metode-metode yang spesifik dari tiap-tiap komponen sistem
tersebut. Hal yang sangat menolong dalam mempelajari komponen-komponen ini
adalah pengertian tentang salah satu dari ciri utama ilmu yakni ilmu memiliki
sifat mengoreksi diri sendiri.
B.
Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan sistem
ilmu?
2. Jelaskan apa
yang dimaksud perumusan masalah?
3. Apa saja persyaratan masalah keilmuan?
4. Apa saja cirri-ciri lainnya dari masalah
keilmuan?
5. Langkah apa saja
yang dilakukan pengamatan dan
deskripsi?
6. Apa pemahaman tentang
tinjauan pustaka?
7. Seberapa besar persepsi
mempengaruhi penafsiran?
8. Apa yang
dimaksud teknologi menolong pengamatan?
9. Apa yang
dimaksud dengan pengukuran?
10. Sebutkan
macam-macam penjelasan?
11. Jelaskan
macam-macam ramalan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perumusan Masalah
Dalam merumuskan masalah, para
ilmuwan harus membatasi dirinya dengan ruang lingkup yang terbatas
diketahuinya. Hal yang paling penting dalam penelaahan kailmuan adalah
perumusan masalah dengan baik. Kita harus menyadari tidak semua masalah adalah
tepat bagi ilmu. (Jujun S., Ilmu dalam
Perspektif,)
Suatu cara yang biasanya dilakukan
dalam menemukan dan merumuskan masalah adalah melewati persepsi kita dalam
menghadapi kesulitan tertentu. Salah satu syarat utama dalam hubungan antara
ilmuwan dengan masalah yang sedang dihadapinya adalah bahwa dia menaruh
perhatian yang sangat besar kepada masalah tersebut.
Setiap penyelidikan ilmiah dimulai
dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas dalam bentuk pertanyaan
agar ilmuwan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus
dikumpulkan. (Surajiyo, Filsafat Ilmu
dan Perkembangannya di Indonesia Suatu Pengantar, Jakarta, Bumi Aksara, 2013,
hlm.71)
Akibat rumitnya
hakikat manusia dan kehidupan maka tiap masalah keilmuan sudah harus merupakan
seleksi dari data yang diberikan oleh penghidupan kepada kita. Sehingga tak
seorangpun dalam memecahkan suatu masalah dapat memilih
seluruh fakta. Para ilmuan dalam merumuskan masalah harus mambatasi diri
dengan ruang lingkup yang terbatas apa yang diketahuinya.
Sering
dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam penelaahan keilmuan adalah
merumuskan masalah yang baik. Walaupn kita tidak mengetahui dengan tepat
bagaimana memilih masalah yang berguna dalam ilmu. Suatu cara yang dilakukan
dalam menentukan dan merumuskan masalah adalah melewati persepsi kita dalam
menghadapi kesulitan tertentu.
Masalah yang
lebih spesifik kebanyakan ditemukan oleh para ilmuan sendiri. Salah satu syarat
utama dalam hubungan antara ilmuan dengan masalah yang sedang dihadapi adalah
bahwa dia menaruh perhatian yang besar kepada masalah tersebut. Walaupun begitu
dapat kita katakan bahwa karya ilmuan yang terbaik biasanya ditandai dengan api
hasrat yang berkobar menyinari ilmuan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
B.
Peryaratan Masalah Keilmuan
Ciri yang ideal
dari sebuah masalah keilmuan adalah:
·
Bahwa masalah itu penting karena
pemecahannya berguna,
·
Masalah keilmuan adalah penting bila
masalah menghubungkan dalam suatu kesatuan pengetahuan yang sebelumnya dianggap
berdiri sendiri.
·
Masalah adalah penting karena dia mampu
mengisi celah yang masih ketinggalan dalam khazanah pengetahuan kita. Setiap
maslah yang penting akhirnya akan dikerjakan oleh seseorang
·
Ciri yang lain dari sebuah masalah dalam ilmu
adalah bahwa masalah itu mesti dapat dijawab dengan jelas, atau sebuah masalah
tak boleh dirumuskan sedemikian rupa sehingga berapapun jumlah jawaban yang
diberikan akan tetap memenuhi syarat.
·
Ciri selanjutnya dari masalah keilmuan
adalah bahwa setiap jawaban terhadap permasalahan itu mesti dapat diuji oleh
orang lain.
C.
Ciri-ciri Masalah Keilmuan
Sebuah masalah
keilmuan harus dirumuskan sedemikian sehingga pengumpulan data dapat dilakukan
secara Objektif. Objektif artinya bahwa data dapat tersedia untuk penelaahan
keilmuan tanpa ada hubungannya dengan karakteristik individual dari seorang
ilmuan.
Masalah
keilmuan harus mengandung unsur pengukuran dan definisi dari variabel yang terdapat
dalam masalah tersebut. Jika tidak dicantumkan secara ekpisit keadaan ini
merupakan kekurangan dari suatu masalah keilmuan:
·
Tanpa adanya ukuran dan definisi maka
orang lain tak dapat menguji hasilnya
·
Ilmu tidak mengizinkan pengukuran dan
definisi yang bersifat pribadi dari seorang ilmuan.
Ukuran dan
definisi haruslah objektif sehingga setiap ilmuan yang mempergunakannya dalam
hubungannya dengan masalah yang sama akan mendapatkan jawaban yang sama pula.
Jika masalah telah dirumuskan dengan baik, hasil hasil perumusan ini
disebut hipotesis.Hipotesis
adalah pernyataan yang dapat diuji tentang hubungan sesuatu yang sedang
diselidiki yang mempunyai konsekwensi yang dapat kita jabarkan secara deduktif.
D.
Pengamatan dan Deskripsi
Klasifikasi,
pemberian nama dan penataan sifat-sifat tertentu, merupakan bagian penting dari
bagaimana caranya para ilmuan melakukan pengamatan dan deskripsi. yang
pokok dalam penelitiannya. Klasifikasi rasial seorang ahli ilmu sosial akan
berlainan dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia
kebanyakan berpikir dalam bahasa, semua cabang ilmu pengetahuan mencoba
mengembangkan bahasa khusus untuk mengamati dan menguraikan aspek yang lebih
luas yang dapat dicakup secara teknis keilmuan. Merupakan ciri dari ilmu yang
sedang dalam tahap perintisan di mana diperlukan nama-nama benda baru atau
kombinasi dari benda lama.
·
Langkah perantara pada hakekatnya
berbentuk pemeriksaan, apakah masalah yang kita telaah memang ada dan
memungkinkan untuk pengumpulan data.
·
Sedangkan langka lain adalah memikirkan
metode mana yang akan dipakai dalam pengujian hipotesis dengan memperhatikan
waktu, ongkos, tenaga kerja dan efisiensi dari setiap metode yang mungkin
diterapkan.
Fakta tak ada
artinya tanpa diberi nama. Sebelum melakukan pengamatan dan memberikan uraian
harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan kita amati dan bagaimana
hubungan antara fakta dengan hipotesis. Ilmu akan memberikan rencana dan
struktur kegiatan, namun dasar penelaahan harus dilandaskan secara untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan.
E.
Tinjauan Pustaka
Langkah
selanjutnya dalam sistem penelaahan keilmuan adalah meninjau kepustakaantentang
apa yang telah dilakukan orang lain masa lalu. Karakteristik yang penting dari
pengetahuan keilmuan ialah bersifat kumulatif dimana tiap pengetahuan disusun
di atas pengetahuan sebelumnya. Langkah pertama yang diambil sesudah merumuskan
masalah adalah melakukan tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka menggambarkan apa
saja yang telah dilakukan para ilmuwan yang lain dan hal ini akan mencegah
duplikasi yang tidak perlu. Yang dimaksudkan dengan duplikasi yang tidak perlu
ialah melakukan kembali pencarian pengetahuan yang telah ada tanpa menambahkan
sesuatu yang baru.
Tinjauan pustaka sering kali
memberikan jalan tentang langkah mana yang harus ditempuh dalam mendekati
hipotesis. Setidaknya kita dapat melihat kesalahan yang sepatutnya kita hindari
dan kita juga dapat menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu sesudah membaca
apa yang telah dilakukan orang lain sebelumnya.
Tinjauan pustaka juga memberikan
jalan mengenai data, model, atau instrument keilmuan yang mungkin berguna dalam
memecahkan masalah. Pada tinjauan pustaka ini masalah yang terpenting adalah
bagaimana membuat catatan dan sistem indeks dari segenap imformasi yang kita
dapatkan dari membaca.
F.
Persepsi Mempengaruhi Penafsiran
Fakta baru
dapat kita mengerti hanya dalam ruang lingkup sistem pengetahuan dan fakta tak
dapat berbicara sendiri. Kita tidak dapat membuat persepsi tanpa melakukan
suatu penafsisran. Jadi seorang ilmuwan harus memulai kegiatan dalam
pengamatannya dengan menyadari hal ini terlebih dahulu baru menetapkan apa yang
akan dicari yang bisa disebut keilmuan.
Ditinjau dari
hipotesis yang diajukan, seorang ilmuwan harus memutuskan tingkah laku apa atau
benda mana yang akan diamati atau dideskripsikan, dicatat untuk mendapatkan
imformasi yang diperlukan sehingga dapat memutuskan dalam kondisi apa
pengamatan akan dilakukan.
Kita tidak bisa membuat persepsi tanpa melakukan suatu
penafsiran seorang ilmuan harus memulai kegiatan dalam pengamatannya dengan
menyadari hal ini terlebih dahulu dan baru menetapkan apa yang akan dia cari
yang bisa di sebut keilmuan. Seorang ilmuan harus memutuskan tingkah laku apa
atau benda mana yang akan di amati atau dideskripsikan, dia harus memutuskan
dalam kondisi apa pengamatan itu akan di lakukan.
Dia harus mengerti bagaimana semuanya betalian dengan
hipotesisnya.jika dia ingin mendapatkan sesuatu yang tepat, dia harus berusaha
untuk melakukan pendekatan kuantitatif atau mengukur dengan suatu unit standar
tertentu untuk bisa melakukan perbadingan. Sehingga para ilmuan yang lain dapat
membenarkan atau meniru penemuannya.
G.
Teknologi Menolong Pengamatan
Pada umumnya
para ilmuwan mempergunakan alat apa saja untuk menolong dalam menyelidiki
hipotesisnya. Alasan lain kita menggunakan alat atau instrumen teknologi ini
disebabkan karena panca indra kita terbatas sifatnya, yang tak mungkin untuk
mengamati variabel yang jumlahnya banyak yang timbul dalam suatu situasi yang
kompleks.
Ilmu yang berbeda-beda mempergunakan teknik-teknik yang
berbeda pula. Pada umumnya, seorang ilmuwan mempergunakan alat apa saja yang
sekiranya akan menolong dalam menyelidiki hipotesisnya. Oleh sebab itu, sebuah
potret atau rekaman tape adalah pencatat yang lebih baik dari merupakan sesuatu
yang bisa dipelajari berulang kali.
Tambahan lagi panca indera kita
tidak bisa mencakup ruang lingkup gejala yang luas, baik fisik maupun sosial. Panca
indera kita tidak mungkin mengamati variable yang jumlahnya banyak yang timbul
dalam situasi yang kompleks.
H.
Pengukuran
Hampir semua
metode keilmuan memerlukan pengukuran. Pengukuran berarti membandingkan suatu
objek tertentu dan memberi angka kepada objek tersebut menurut cara-cara
tertentu. Ilmuwan sosial biasanya menggunakan dua tipe perbandingan diantaranya
:
·
Perbandingan Ordinal
·
Perbandingan Kardinal
Perbandingan
ordinal adalah perbandingan yang meletakkan dalam urutan ditinjau dari segi
tertentu, sedangkan perbandingan kardinal menggunakan bilangan penghitung dan juga tidak memperhatikan siapa
yang tertinggi dan sebagainya.
Meskipun para ilmu sosial tidak
mempunyai ukuran yang teliti seperti yang dipunyai ahli ilmu alam maka hal ini
tidak berarti bahwa hasil karya mereka lantas terbengkalai. Untuk berbagai hal,
seperti untuk memberikan penilaian terhadap guru, pengukuran ordinal dapat
dilakukan Biro Pusat Statistik, maka pengukuran cardinal sudah cukup.
I.
Penjelasan
Penjelasan
dalam ilmu pada dasarnya adalah menjawab pertanyaan “Mengapa”. Penjelasan dapat
dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
·
Deduktif
·
Probabilistik
·
Genetis
·
Fungsional
Penjelasan deduktif adalah
sebuah penjelasan yang terdiri dari rangkaian dimana kesimpulan tertentu
disimpulkan setelah menetapkan aksioma atau postulat. (contoh Semua manusia adalah
fana, Socrates adalah manusia, maka Socrates adalah fana)
Penjelasan Probabilistik (kemungkinan)
adalah sebuah penjelasan yang berbentuk pertanyaan dalam ilmu yang tidak dapat
dijawab dengan pasti tetapi dengan kata-kata “mungkin” (contoh mengapa presiden
kenedy dibunuh? Kita mungkin menjawab Mungkin pembunuh itu gila.)
Penjelasan Genetis adalah
Suatu penjelasan menjawab pertanyaan “Mengapa” dengan apa yang terjadi
sebelumnya. Penjelasan genetis kadang-kadang disebut penjelasan historis
(contoh: mengapa seorang anak mempunyai tipe rambut tertentu? Yakni dengan
memakai faktor keturunan yang dihubungkan dengan karakteristikorang tua)
Penjelasan Fungsional adalah
suatu penjelasan yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan “mengapa” dengan
jalan menyelidiki tempat dari objek yang sedang diteliti dalam keseluruhan item
dimana objek tersebut berada. (contoh anak menghormati bendera, Penjelasan
fungsional akan memberikan jawaban bahwa penghormatan tersebut akan menjadikan
anak lebih patriotik).
J.
Macam-macam Ramalan
Kebanyakan ilmuan tidak puas ketika hipotesis yang di
ajukannya tidak di syah kan kebenarannya dengan cara yang memungkinkan ada
ramalan dan kontrol.
·
Hukum : Hukum dalam
ilmu sosial adalah beberapa keteraturan yang fundamental yang dapat diterapkan kepada hakekat manusia
·
Proyeksi : adalah ramalan
yang mempelajari kejadian terdahulu dan membuat pernyataan tentang hari depan
didasarkan kejadian tersebut.
·
Institusional : adalah ramalan
yang berdasarkan cara suatu institusi beroperasi.
·
Masalah : adalah ramalan
yang didasarkan pada penentuan masalah apa yang dihadapi oleh manusia dan
masyarakatnya.
·
Tahap : adalah suatu
cara untuk meramalkan sesuatu yang berdasarkan tahap dari suatu perkembangan
yang berurutan.
·
Utopia : adalah suatu
ramalan terakhir dalam ilmu untuk membayangkan apa yang mungkin terjadi
perdasarkan pengetahuan yang kita ketahui sekarang.
BAB III
P E N U T U P
1. Kesimpulan
1.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.
2. Ilmu dapat
dianggap sebagai suatu sistem yang menghasilkan kebenaran yang mempunyai
komponen-komponen yang berhubungan satu sama lainnya.
3. Ilmu adalah
merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab
sesuatu dan mengapa.
4. Metode Keilmuan
adalah cara yang singkat dalam mendeskripsikan sistem ilmu yang menghasilkan
pengetahuan yang dapat dipercaya beserta metode-metode yang spesifik dari
setiap komponen tersebut.
5. Komponen utama
dari sistem ilmu ada 4 macam:
·
Perumusan masalah
·
Pengamatan dan deskripsi
·
Penjelasan
·
Ramalan dan kontrol
6. Syarat Ilmu
·
Objektif : Ilmu harus
memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakekatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
·
Metodis : adaaran.lah upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasikan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
·
Sistimatis : Dalam
perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berati secara utuh, menyeluruh, terpadu dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
·
Universal : kebenaran yang
hendak dicapai dan bersifat umum.
7. Persepsi adalah
proses saat individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris
mereka guna memberikan arti.
8. Pengumpulan data
dari sebuah masalah keilmuan harus dilakukan secara objektif, artinya bahwa
data dapat tersedia untuk penelaahan keilmuan tanpa ada hubungannya dengan
karakteristik individual dari seorang ilmuwan.
9. Klarifikasi,
pemberian nama dan penataan sifat-sifat tertentu, merupakan bagian yang penting dari
bagai mana cara para ilmuwan melakukan pengamatan dan deskripsi.
10. Tinjauan
pustaka adalah merupakan salah satu langkah dalam sistem penelaahan keilmuan,
yang menggambarkan apa yang dilakukan para ilmuan yang lain dan hal ini
akan mencegah duplikasi yang tidak perlu
11. Kita tidak bisa
membuat persepsi tanpa melakukan penafsiran terlebih dahulu, kemudian baru
menetapkan apa yang akan dicari untuk bisa disebut keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin. Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Jakarta. Rajawali Pers. 2003.
Peter R. Senn,
Struktur Ilmu, dikutip dari buku Social Science and its Methods. Holbrok. 1971.
Surajio. Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya di Indonesia. Jakarta. PT.Bumi Aksara. 2013.
Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu.
Jakarta. Pustaka Sinar Harapan Anggota Ikapi. 2013.
Suriasumantri, Jujun. Ilmu dalam
Perspektif. Jakarta. Gramedia. 1978.
Id.wikipedia.org/wiki/ilmu
http://balaibelajar.wordpress.com/2013/06/12/definisi-struktur-ilmu/
http://www.slideshare.net/mobile/MAzmi1/struktur-dan-peranan-ilmu
http://ivan272.wordpress.com/2008/11/11/struktur-ilmu-dalam-filsafat-ilmu/
http://ichsandonald.blogspot.com/2012/01/klasifikasi-ilmu-dan-struktur.html?m=1